Kata
siapa selama bulan Ramadan kita nggak boleh traveling? Namanya traveling, kita
bisa melakukan dimana saja dan kapan saja, kok. Bahkan nggak perlu jauh-jauh ke
tempat yang mainstream, kita bisa mulai melakukan traveling di bulan
puasa dengan berkunjung ke masjid atau tempat bernilai religi di seputaran
kota.
Sebagai
salah satu penduduk yang domisilinya nggak jauh dari Kota Banda Aceh, saya daftar
destinasi wisata religi di Banda Aceh yang cocok untuk dikunjungi saat ramadan.
Cekidot artikel ini sampai selesai, ya. Siapa tahu, salah satu dari daftar ini
merupakan destinasi yang ingin kamu kunjungi juga.
![]() |
Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, salah satu destinasi wisata religi. [Photo: Pexels] |
Wisata Religi
Destinasi
wisata religi banyak dijadikan sebagai solusi alternatif bagi pelancong yang
mulai bosan dengan tempat yang sangat open to public. Katanya, sih,
destinasi wisata religi itu bisa membuat hati tenang dan adem. Memang iya?
Pertanyaan
ini juga menjadi pertanyaan besar untuk saya. Saat ke Lombok, hal yang
digaung-gaungkan oleh masyarakat Lombok adalah soal wisata religinya
yang luar biasa banget. Bagi saya yang berasal dari Aceh, wisata religi di Kota
Serambi Mekkah sepertinya sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Lucunya saya
menemukan istilah wisata religi yang di luar cara pikir saya. Terutama ketika berkunjung
ke Kuta Mandalika.
Saya
kaget karena bule-bule berpakaian minim bisa sebebas itu di kota dengan konsep
wisata religinya. Sementara di Aceh, bulenya menghormati kearifan lokal dan
hukum syariat yang berlaku. Mereka nggak pakai celana pendek, nggak pakai
pakaian terbuka, bahkan sebagian besar bule yang berjenis kelamin perempuan
juga menutup kepalanya dengan pashmina.
Jadi,
wisata religi itu apa? Menurut laman resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, wisata religi itu merujuk kepada pariwisata yang fokus pada tempat bersejarah,
tempat ibadah, dan tokoh-tokoh keagamaan. Tujuannya untuk menumbuhkan dan
meningkatkan rasa spiritualitas dan wawasan keagamaan seseorang.
Nah,
kalau dipikir-pikir secara logika, wisata religi di Lombok tidak masalah. Karena
wisata religi itu fokusnya pada tujuan dan indikatornya bukan hanya Islam saja.
Beda ceritanya jika membahas topik wisata Islami atau wisata halal. Konsepnya dengan
pendekatan Islami.
Aceh Sebagai Destinasi Wisata Religi
Aceh
sebagai destinasi wisata religi di Indonesia menawarkan banyak pilihan kepada
wisatawan. Mau sejarah? Ada. Mau wisata halal? Ada juga. Semua yang diinginkan
oleh pelancong dalam paket wisata religi dapat didapatkan dalam sekali
kedatangan.
![]() |
Wisata religi dan wisata halal memiliki aspek yang berbeda. Makanan kerap dikaitkan dengan wisata halal. [Photo: Pexels] |
Membahas
wisata religi di Aceh erat kaitannya dengan wisata Islami atau wisata halal. Itulah
sebabnya saat membandingkan wisata religi di timur dan barat Indonesia, seperti
adda jurang pemisah konsep yang sangat besar. Keduanya berbeda meski memiliki nama
yang sama.
Di Aceh,
wisata religi lebih kental dengan nilai-nilai Islam yang kuat. Walaupun ada beberapa
aspek yang mengubah konsep Islami menjadi wisata moderasi beragama. Selain Islam,
di Aceh juga memiliki agama lain, lho.
Hukum
Islam di Aceh berlaku untuk pemeluk agama Islam. Masyarakat non muslim di Aceh
hanya menyesuaikan diri tanpa paksaan. Sebagai penduduk Aceh, masyarakat non
muslim dengan sukarela mengikuti aturan daerah yang masuk dalam keistimewaan
Aceh sendiri. Meskipun di media sosial banyak oknum tertentu yang menolak mengakui
kedamaian yang terjadi di Aceh.
Destinasi Wisata Religi di Banda Aceh
Terlepas
dari isu negatif di media sosial yang mengatakan Islam di Aceh tidak membuat
non muslim nyaman, tapi Aceh sangat menyambut wisatawan dari luar Aceh tanpa
memandang agama. Selama sikap mereka tidak merusak nilai-nilai yang sudah dibangun
di Aceh. Aceh sangat welcome dengan wisatawan.
Saya
jadi teringat seorang content creator dengan akun jejezhuang. Dia adalah
kreator asal Medan yang kerap membahas dan mempromosikan Aceh sebagai destinasi
wisata religi yang moderat. Kehadirannya memberi banyak rekomendasi untuk para
pelancong yang khawatir dengan hukum Islam di Aceh.
Nah,
jika kebbetulan di Banda Aceh, kemana saja destinasi wisata religi yang recommended?
Berikut ini destinasi wisata religi yang bisa didatangi selama bulan
Ramadan di Kota Banda Aceh.
(1). Masjid Raya Baiturrahman
Bagi
masyarakat Aceh, Masjid Raya Baiturrahman bukan saja sebagai tempat ibadah. Masjid
Raya Baiturrahman juga simbol perjuangan bangsa Aceh saat melawan Belanda. Arsitektur
dan ornamen yang mulai diperbaharui mirip Masjidil Haram, kini Masjid Raya
Baiturrahman memiliki pesonanya sendiri.
Kita
bisa menghabiskan satu hari penuh di Masjid Raya Baiturrahman sambil
menikmati, mensyukuri, dan memikirkan jejak-jejak perjuangan di masa lalu. Di Masjid
Raya Baiturrahman, suasana Ramadan akan sangat terasa.
(2). Masjid Baiturrahim Ulee Lheu
Meskipun memiliki kemiripan nama
dengan Masjid Raya Baiturrahman, Masjid Baiturrahim yang terletak di tepi laut
Ulee Lheu menunjukkan bukti lain keesaan Allah. Tsunami tidak meluluhlantakkan
bangunan ini. Selain itu, kita juga diingatkan betapa kuat bangunan-bangunan
masa lalu.
Masjid Raya Baiturrahim
terletak di arah menuju ke pelabuhan Ulee Lheu. Kawasan ini ramai dan selalu
padat di sore hari. Tidak ada salahnya usai ngabuburit lalu singgah di Masjid
ini untuk berbuka puasa dan mendirikan shalat maghrib. Oh, ya Masjiid
Baiturrahim Ulee Lheu memiliki ciri khas yang sama dengan Masjid Raya
Baiturrahman, yaitu kubah hitam yang mirip sekali.
(3). Masjid Agung Al-Makmur (Masjid Oman)
Masjid
ini hadir sebagai bentuk masjid yang anti mainstream di kalangan masyarakat
Aceh. Awalnya, Masjid Agung Al-Makmur yang lebih dikenal dengan Masjid Oman ini
sama seperti kebanyakan Masjid di Aceh. Setelah tsunami, Masjid Oman dipugar dan
dibangun dengan model dan dekor yang estetik.
Peletakan
batu pertama Masjid Oman dilakukan pada tahun 1979 oleh Gubernur Prof. A. Majdjid
Ibrahim. Masjid ini sudah digunakan oleh masyarakat sebagai tempat ibadah
sampai tahun 2004. Tepat saat gempa dan tsunami Aceh, masjid Al-Makmur rusak
parah. Kubahnya ambruk menutup lantai.
Pada
masa rehab rekon, pengurus Masjid Al-Makmur mencari donatur untuk membangun
kembali masjid sebagai tempat ibadah. Kemudian Pemerintah Oman melalui Sultan
Qabus membiayai secara penuh pembangunan masjid ini. pembangunannya dimulai
dari tahun 2006 sampai tahun 2008. Masjid ini salah satu masjid favorit warga Banda
Aceh ataupun dari luar daerah untuk aqad nikah, lho.
(4). Komplek Makam Sultan Iskandar Muda
Komplek
makam Sultan Iskandar Muda berlokasi di Peuniti, Banda Aceh. Makam Sultan
Iskandar Muda sempat hilang selama tiga abad lamanya. Hal ini menyebabkan
masyarakat Aceh kehilangan koneksi dengan Sultan Iskandar Muda yang merupakan
penakluk kejayaan Aceh di masa lampau.
Makam
ini kemudian ditemukan oleh Pocut Meurah, istri Sultan Mahmud Syah. Dia sering
berziarah ke makam Sultan yang letaknya di samping Meuligoe Aceh, tempat
kediaman gubernur Aceh. Lokasi makam berada 44 langkah dari Krueng Daroy.
Saat
berziarah ke Makam Sultan Iskandar Muda, kita juga bisa sekalian ke Museum
Aceh, lho. Di sini kita bisa melihat bagaimana sejarah Aceh dari masa ke masa. Bahkan
ada lonceng Cakradonya yang merupakan hadiah dari Kaisar China dari masa
lampau.
(5). Makam Syiah Kuala
Pernah
mendengar nama Universitas Syiah Kuala? Ya, nama kampus ini diambil dari salah
satu tokoh ulama Aceh bernama Teungku Syekh Abdurrauf bin Ali Alfansury
As-Sangkili. Beliau tinggal di Desa Kuala, lantas diberi nama sebutan Syekh
Kuala yang kemudian penyebutannya menjuadi Syiah Kuala.
![]() |
Makam Syiah Kuala [Photo: AJNN/Immatunnisa Farha] |
Syiah
Kuala merupakan ulama Aceh yang lahir di Singkil, tapi berdarah Yaman. Syiah Kuala
bersaudara dengan Hamzah Al-Fansuri yang pindah ke Singkil, Aceh. Pada masa
Kerajaan Aceh Darussalam, beliau pernah menjadi mufti agung. Syiah Kuala
menjadi khadi selama empat periode pemerintahan ratu, yaitu pada masa: Sultanah
Safiatudin Syah (1641-1645 M), Sultanah Naqiatuddin Syah (1675-1678 M),
Sulttanah Zakiatuddin Syah (1678-1688 M), dan Sultanah Ratu Kamalad Syah
(1688-1699 M).
Makan
Syiah Kuala terletak di Desa Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Tidak
jauh dari pantai. Hanya butuh waktu 15 menit perjalanan menuju ke makam Syiah
Kuala dari pusat Kota Banda Aceh.
Bagi
pecinta Sejarah Islam, sebuah keharusan untuk wisata religi ke Makam Syiah
Kuala, ya. Selain mengingatkan kita pada kejayaan Islam di Aceh, banyak
nilai-nilai yang didapat dari perjalanan spiritual dengan mengenang ulama besar
Indonesia ini.
(6). Gunongan dan Pinto Khop
Kalau
di India ada Taj Mahal, maka di Aceh ada Gunongan. Meskipun perbandingan
megahnya jauh banget. Namun keduanya sama-sama bukti cinta seorang Sultan untuk
permaisurinya.
Kisahnya,
Sultan Iskandar Muda mempersunting permaisuri dari Negeri Pahang, Malaysia. Namanya
Putri Kamaliah yang lebih akrab dikenal dengan Putroe Phang. Negeri Pahang merupakan
daerah perbukitan yang indah dan sejuk. Untuk mengobati rasa rindu Putroe Phang
terhadap kampung halamannya, kemudian Sultan Iskandar Muda membangun sebuah
gunung kecil bernama Gunongan di tengah Taman Ghairah yang merupakan bagian
dari taman istana. Setiap hari Putroe Phang bermain di gunung buatan itu dengan
para dayangnya.
Meskipun
ada fakta sejarah lain yang meragukan bahwa Gunongan dibangun oleh Sultan
Iskandar Muda, tapi masyarakat lebih banyak percaya bahwa Gunongan dibangun
untuk Putroe Phang.
Lokasi
Putroe Phang berada di sekitar Kherkhoff (kuburan Belanda), Taman Putroe Phang,
meuligoe (pendopo gubernur), dan makam Sultan Iskandar Muda, serta Museum Aceh.
Kedekatan lokasi antara satu tempat dengan tempat lain semakin meyakinkan bahwa
Gunongan memang dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda.
(7). Museum Tsunami Aceh
Belum
sah rasanya kalau ke Kota Banda Aceh tidak berkunjung ke Museum Tsunami. Letaknya
berdampingan dengan Kherkoff, tidak jauh dari Gunongan. Hanya berseberangan
dengan lapangan Blang Padang. Tidak jauh pula dari Masjid Raya Baiturrahman.
Museum
Tsunami Aceh dibangun untuk mengenang gempa dan tsunami yang terjadi di Aceh
dan Samudra Hindia pada 24 Desember 2004 silam. Museum tsunami dirancang oleh
Ridwan Kamil, arsitek yang pernah menjabat sebagai gubernur Jawa Barat.
Ribuan
koleksi yang terbagi dalam jenis koleksi etnografika, arkeologika, biologika,
teknologika, keramonologika, seni rupa, numismatika, dan heraldika. Memasuki Museum
Tsunami Aceh kita akan dibawa melintasi waktu serupa dengan merasakan gempa dan
tsunami Aceh yang terjadi pada tahun 2004 silam.
Kita
juga bisa menonton bioskop tentang tsunami di bioskop Museum Tsunami Aceh, lho.
Museum Tsunami Aceh dibuka setiap hari dengan waktu buka berbeda. Pastikan tidak
datang pada waktu shalat, ya. Karena pada waktu itu Museum Tsuami Aceh sudah
pasti tutup.
Melatih Kepekaan Diri dari Wisata Religi
Mengunjungi
destinasi wisata religi salah satu cara melatih kepekaan diri terhadap tokoh
dan tempat bersejarah. Apalagi tempat-tempat tersebut memiliki nilai historis
keislaman yang tinggi. Banyak hal yang dapat dipetik setelah mengunjungi
destinasi wisata religi.
Nah,
di antara semua rekomendasi destinasi wisata religi di Kota Banda Aceh, mana
tempat yang paling ingin kamu kunjungi, Olivers?
0 Komentar