Bangku Pojok adalah buku pertama dari Honey Dee yang saya baca. Awalnya saya nggak mengenal siapa beliau meski sudah menerbitkan buku berjudul Rooftop Buddy yang diterbitkan oleh Gramedia. Bermodal keinginan untuk membaca novel bergenre horor, Bangku Pojok pun menjadi pilihan mengisi hari.
Siapa yang menyangka jika akhirnya saya jadi sering mendapat
amanah membaca dan mengulas buku dari Honey Dee. Baik itu yang diterbitkan
daring di platform berbayar maupun
versi cetak yang nggak perah gagal bikin nyaman.
Bangku Pojok diterbitkan oleh Cabaca [Photo: Bookstagram Oliverial] |
Sedikit Tokoh,
Sejalan Cerita
Bangku Pojok tidak memuat
banyak tokoh dalam alurnya. Akan tetapi, semua tokoh yang ditampilkan memiliki
peran yang besar dalam menghidupkan ceritanya. Karakter mereka benar-benar
menguatkan fungsi sebuah cerita untuk dibaca.
Kalila, tokoh utama
dalam cerita ini. Dia adalah anak dari seorang novelis terkenal yang mendadak
pindah ke desa karena ayahnya meninggal dunia. Dia belum bisa menerima kematian
ayah tanpa alasan yang kuat. Dia juga tidak bisa menerima kenyataan apapun
dalam hidupnya. Di sekolah baru Kalila tidak punya teman. Karena itu dia masuk
ekskul jurnalistik untuk mendapatkan teman.
Di sekolah, dia selalu bertemu dengan Rosaleen, gadis bernama
lengkap Devika Rosalina. Dia adalah hantu yang menampakkan diri hanya pada
Kalila. Dia juga satu-satunya teman pertama yang didapatkan oleh Kalila di
sekolah. Ceritanya si Kalila ini nggak tahu kalau Rosaleen ini hantu.
Selain
Rosaleen, ada Ibra, cowok yang aktif di ekskul
olahraga. Ibra terkenal sebagai biang masalah di sekolah Kalila yang baru. Namun
Ibra juga dikenal sopan terhadap cewek. Ibra ini pernah membuat Kalila pingsan
di awal masuk sekolah.
Ada cowok
bandel, ada juga yang diidolakan para cewek. Namanya Alpha, tipe idaman para cewek dan menjadi idol di sekolah. Dia juga anak
ekskul jurnalistik yang naksir Kalila. Jangan terkecoh dengan aroma-aroma
romansa yang berawal dari Alpha. Semua kasus di kisah Bangku Pojok bermuara pada dia.
Keempat tokoh utama ini memberikan kekuatan tersendiri pada
pembangunan cerita bergenre horor berbalut romance remaja plus misteri ini.
Indigo Dadakan
Bagaimana rasanya menjadi indigo mendadak? Seram. Pasti! Itu yang
dirasakan oleh Kalila ketika ayahnya meninggal dunia. Ketika masuk sekolah dia
malah bertemu dengan Rosaleen.
Awalnya Kalila memang tidak tahu kalau Rosaleen itu hantu. Kemudian
Kalila paham jika hantu Rosaleen menampakkan diri padanya bukan tanpa sebab. Rosaleen
menjadikannya teman bukan tanpa alasan. Tentu ada sesuatu yang belum terungkap
dan Rosaleen menginginkan Kalila membantunya. Kalila mendadak jadi indigo.
Dari cerita ini, unsur misteri dan detektif-detektifan lebih
berasa dari pada horornya. Saya tidak merasakan sensasi bulu kuduk meremang
ketika membaca kisah ini. Hanya rasa ingin segera menyelesaikan karena
penasaran siapa yang menjadi tersangka utama pada cerita.
Klimaksnya justru muncul jelang cerita berakhir. Ini
menariknya Bangku Kosong. Sangat berbeda
dengan kisah-kisahlain yang ditulis
oleh Honey Dee kebanyakan.
Horor Kurang Spooky
Sebagai pembaca horor, saya sangat menikmati alur cerita Bangku Pojok. Meskipun agak kecewa
karena level keseramannya masih belum memberi efek apa-apa untuk saya. Jika
saya harus memberi tingkatan pada kisah horor ini, maka Bangku Pojok ada di
level dua dari sepuluh.
Kenapa? Karena saya tidak bisa menikmati
sisi horornya. Kalila berinteraksi dengan hantu. Beberapa orang juga merasa
terteror dengan Rosaleen, tapi sensasi seramnya nggak ada sama sekali. Malah
saya menikmati sisi romantisme cerita ini. Terutama ketika Kalila dan Ibra
muncul di scene cerita.
Amanat Dari Bangku Pojok
Meski bergenre horor, Bangku
Pojok memiliki nilai-nilai yang dapat diambil oleh pembaca remaja. Khususnya
yang masih sekolah dan melihat segala yang terlhat indah sebagai suatu
kebenaran. Ada tiga poin yang saya anggap paling penting dan mewakili
keseluruhan isi.
👻 Jangan melihat
seseorang dari fisik. Fisik bisa menipu. Tidak dalam sekejap, tapi waktu akan
membuktikan mana yang benar dan salah.
👻 Memaafkan dan
berusaha menerima keadaan adalah jalan paling mudah berdamai dengan diri
sendiri.
👻 Kita tidak bisa
memaksa orang lain dekat atau menjauh dari kita. Termasuk dengan makhluk tak
kasat mata. Selalu ada alasan di balik sesuatu yang kita tidak paham.
Novel ini cocok untuk dibaca oleh pembaca yang ingin membaca
genre horor, tapi nggak seram. Bisa dinikmati sampai selesai tanpa sensasi
takut ke kamar mandi.
0 Komentar