Yellowface: Di Balik Karya Besar Seorang Penulis

 Judul Buku: Yellowface • Penulis: R. F. Kuang • Alih Bahasa: Poppy D. Chusfani • Penerbit: Gramedia (Jakarta: 2023) • Tebal: 336 hal • ISBN: 9786020672793

 --o0o—

"Orang bilang menyunting draft yang jelek jauh lebih mudah daripada menciptakan cerita di kertas kosong,"

 (Yellowface, R.F. Kuang, hal. 36).

 

[Photo: Ulfa Khairina]

--o0o--

Athena Liu mati tersedak panekuk di depan mata Jun, rival yang mengaku sahabat. Jun sempat panik, tapi juga sempat mengambil draft naskah novel Athena yang sangat rahasia dan belum diserahkan ke editornya. Jun sangat penasaran dengan karya Athena Liu yang selalu masuk ke jajaran best seller. Awal June membaca draft tersebut, dia menemukan beberapa lubang pada naskah, kemudian menambal dengan bahasa dan kemampuan menulisnya yang tidak pernah mencapai best seller. June kemudian berubah pikiran untuk sekedar menjadi pembaca. Dia meyakini bahwa mengisi lubang-lubang ketidaksempurnaan bagian dari kontribusi sebagai penulis. Apalagi yang diisi itu banyak sekali, bukan sekedar menambal.

Jun mengajukan naskah Athena Liu ke penerbit. Buku itu terbit dengan judul The Last Front. Kisah imigran China di buku itu menuntut June untuk membangun personal branding June menjadi sosok yang mendalami peran dalam menulis buku dengan setting China dan sejarahnya. Dia mengubah nama Jun Hayward menjadi Junifer Song. Akan tetapi, kejayaan mampir sebentar. Jun mendapat teror dari hantu Athena, penggemar, dan orang-orang yang menentang orang kulit putih menulis tentang Asia. Jun tidak bisa diam dan menonton. Bagaimanapun dia harus menyelamatkan diri agar tidak ketahuan sebagai pencuri naskah.

June Hayward bukan penulis terkenal, tapi punya 'sahabat' seorang penulis terkenal bernama Athena Liu adalah berkah sekaligus kutukan. Malam kebahagiaan berakhir tragis buat Athena Liu. Sedangkan malam muram bagi Athena Liu berakhir gemilang untuk Jun. Jun memang sempat ketakutan, tapi sebentar.

Ketakutan Jun mulai nyata justru setelah beberapa kejadian yang membandingkan dirinya dengan Athena. Sayangnya, June telat menyadari menjadi seperti Athena tidak mudah. Banyak yang mengecamnya, tidak menyukainya, bahkan berharap June adalah seorang Chinese American, bukan yellowface, orang Amerika yang menulis tentang China seolah dia sangat mengerti soal China.


[Photo: Instagram @oliverial_]

Deskriminasi dan Rasisme di Kalangan Penulis Amerika

Ending novel ini memang agak mengejutkan sekaligus membenarkan. Beginilah dunia kebanyakan penerbitan. Kuang berbicara tentang diskriminasi ras di kalangan penulis. Dia juga berbicara diskriminasi naskah yang masuk di meja editor. Hal yang umum terjadi di dunia penerbitan Amerika Serikat.

Setelah membaca buku ini, saya jadi paham bahwa menjadi penulis di Amerika Serikat sama sekali tidak gampang. Apalagi kalau sudah terkenal. Lika liku dunia penulis juga toxic. Saling menjatuhkan dan membangun tembok tinggi untuk tidak saling mendukung antara satu penulis dengan penulis lainnya. June bisa dikatakan korban ketidakadilan itu. Apa yang dilakukannya justru karena dia ingin mendapat pengakuan sebagai penulis. Dia hanya tidak menyangka kalau menjadi yellowface lebih buruk daripada karyanya tidak pernah dilirik pembaca dan mendapat perhatian nomor sekian dari editor.

Di sini kita dibuat bimbang dengan definisi plagiat dan terinspirasi, mencuri dan terinpirasi. Kisah yang ditulis oleh Athena terinspirasi dari orang-orang yang ditemuinya, termasuk terinspirasi dari kisah yang dialami oleh Jun dan ditulis oleh Athena. Apa yang dilakukan Athena dianggap oleh Jun sebagai mencuri kisah. Bagi Jun, mereka sama-sama pencuri. Ini sama sekali tidak elegan di mata Jun.

Edukasi Dunia Penerbitan

Novel ini banyak memuat istilah dan penggambaran yang mengedukasi. Dari awalnya tidak tahu, menjadi tahu beberapa hal. Hanya saja gaya bercerita atau terjemahannya nggak begitu luwes untuk dibaca pembaca penikmat genre tertentu. Meskipun novel ini tergolong trending di kalangan bookish.

Dari pemaparan buku ini, yellowface dapat disimpulkan sebagai orang kulit putih yang menulis tentang orang Asia. Terkadang dengan gambaran yang tidak menyenangkan atau menunjukkan rasisme. Semua karena sudut pandang si penulis yang cenderung subjektif. 

Nilai moral yang dapat dipetik dari novel ini sederhana, tapi bermakna. Berbohong akan memberi tekanan mental karena kita akan berusaha terus menutupinya dengan kebohongan lain. Apalagi disertai dengan mencuri lalu mengaku itu milik kita.

Penceritaannya menggunakan POV satu. Satu sisi sangat enak diikuti dan seolah kita menjadi June. Di sisi lain justru kita tidak bisa mendalami tokoh lain dan apa yang ada di dalam kepala mereka. 


Posting Komentar

10 Komentar

  1. Jadi ingat drama Korea berjudul Romance is A Bonus Book, ceritanya tentang dunia penerbitan juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, belum pernah nonton. Noted, masuk watchlist

      Hapus
  2. Keren kak.. semoga kita lulus.. tetap semangat kak menulis nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih. Kita pasti bisa berjuang sampai akhir.

      Hapus
  3. Wah keren kak ulasannya. Ngeri juga ternyata kehidupan para penulis di Amerika sana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Kak. Katanya di Indonesia nggak jauh beda kalau di penerbitan mayor dan punya nama. Sikut menyikut dan berlomba mendekati production house.

      Hapus
  4. Maa syaa Allah reviewnya lengkap sekali kak..

    BalasHapus
  5. Keren kak, waah masuk wish list nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Kak. Kalau suka genre ini, recommended dan collectable, sih

      Hapus