"Masuk ke istana artinya menapaki jalan berlumuran darah. Akan ada pertumpahan darah. Aku cuma berharap yang tertumpah bukan darah kalian."
(The Red Palace,
June Hur, hal. 8)
-o0o-
Judul Buku: The
Red Palace | Penulis: June Hur | Penerjemah: Meggy Soedjatmiko | Penerbit:
Gramedia (2024) | Tebal: 368 hal | ISBN: 987-602-06-7660-9
-o0o-
Pertama
kali saya melihat sampul buku The Red Palace dirilis di Instagram Fiksi
GPU, saya merasa harus memiliki buku ini. Kemudian salah satu bookstagram
memposting tentang pengalaman membaca dan kesan tentang The Red Palace di
instagramnya. Fixed, saya langsung membeli buku ini.
Ternyata
saya memang tidak kecewa. Isi buku, terjemahan, dan ending yang
diberikan oleh June Hur sesuai dengan ekspektasi saya. Buku ini recommended untuk
dibaca oleh calon pembaca The Red Palace lain. For your information, buku
ini masuk dalam 100 buku yang akan saya simpan dan baca ulang in my life.
Berawal
dari Hyeminseo
Bagi Hyeon, masuk ke istana bukan sekedar gengsi, tapi pembuktian kepada ayahnya bahwa dia bisa berdiri di atas kakinya sendiri. Bisa membanggakan Ayahnya, walaupun hanya sekali saja. Menjadi perawat istana tentu saja sebuah kebanggaan buat keluarga siapa saja. Apalagi bagi Hyeon yang punya ayah tapi rasa tidak punya ayah.
[Photo: Ulfa Khairina] |
Rasa ingin tahu
Hyeon terpantik saat tidak menemukan putra mahkota di kamarnya. Saat itu dia
sedang memeriksa nadi istri putra mahkota. Hari selanjutnya dia malah menemukan
mayat di Hyeminseo dengan kondisi mengerikan dan tidak manusiawi. Hyeon berbohong
sebagai bagian dari kepolisian untuk mengecek mayat-mayat tersebut.
Rasa penasaran Hyeon
belum usai, tapi dia langsung dikejutkan oleh penangkapan gurunya. Hyeon
mengenal gurunya dengan baik, dia tidak mau perawat Jeongsu mati tanpa bersalah.
Demi perawat jeongsu, Hyeon mendobrak aturan demi mengumpulkan bukti.
Saat itulah dia bertemu
dengan Seo Eojin, inspektur polisi muda yang membantu Hyeon tipis-tipis untuk keluar
dari masalah. Pertemuan-pertemuan selanjutnya mereka bertemu dan merasa kebetulan
yang tidak mungkin sekedar kebetulan. Eojin mengajak Hyeon bekerja sama,
apalagi Hyeon termasuk salah satu pekerja di istana yang bisa menyelidiki
sesuatu yang tidak bisa ditembus oleh Eojin.
Selama
penyelidikan, ayah Hyeon mengetahui apa yang dilakukan anaknya. Mereka bertemu,
saling berbicara tentang sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan. Secara tidak
langsung, ayah Hyeon mengungkapkan betapa Hyeon bisa membuktikan bahwa dia
punya sesuatu yang membuatnya bangga. Hyeon mulai ragu untuk membuktikan bahwa
perawat Jeongsu tidak bersalah, atau mundur demi pengakuan dari ayahnya.
Eojin memang
memilih melanjutkan penyelidikannya. Dia bahkan nekat masuk ke penjara untuk
menemui dan merawat perawat Jeongsu. Nyawanya terancan, harapannya nyaris
pupus. Dia tertangkap dan dipenjara juga. Ayah Hyeon mengetahui hal itu dan
mengunjunginya di penjara. Ayahnya marah dan mengeluarkan kata-kata tidak
menyenangkan untuk Hyeon.
[Photo: Pexels] |
Ayah Hyeon, Tuan
Shin, menganggap Hyeon sedang tergila-gila pada inspektur polisi itu. Padahal
Hyeon melakukan penyelidikan demi melindungi dan menyelamatkan gurunya, Perawat
Jeongsu, yang dituduh sebagai pelaku pembunuhan.
Kecurigaan Hyeon terhadap Putra mahkota dicurigai sebagai pelaku semakin
diperkuat saat Hyeon menyelidiki dari dalam istana. Dia nyaris terbunuh di
tangan putra mahkota. Selain putra mahkota, masih ada beberapa nama lain yang
muncul sebagai kandidat pembunuh. Pada akhirnya Hyeon dan Eojin melakukan kerja
sama yang baik dalam mengumpulkan bukti. Saling melindungi hingga sebuah
kesimpulan justru mengarah bukan pada orang yang dicurigai di awal.
Istana dan Anak
Haram
The Red Palace menggerakkan
pembaca memahami kondisi di masa dinasti Joseon. Tentang ketidakadilan dan
ketimpangan hukum. Saat keluarga istana tidak tersentuh hukum dan anak haram
para pejabat yang tidak banyak pilihan.
Hyeon termasuk
anak haram Tuan Shin dan tidak diakui. Perawat Jeongsu pula yang mengangkat dia
menjadi seseorang berguna dengan menjadikannya perawat. Masuk istana adalah
impiannya untuk mendapatkan pengakuan dari ayahnya.
Pangeran Sado dan
Setting Joseon
Deskripsi The
Red Palace cukup detil dan membuat kita seperti menonton drakor saeguk.
Seperti kebanyakan drama Korea atau sastra Korea lainnya, The Red Palace juga
mengangkat sisi kerajaan pada masa pemerintahan Joseon. Putra mahkota yang
dimaksud di sini adalah Pangeran Sado, putra mahkota yang tidak naik tahta.
Pangeran Sado
diduga memiliki kelainan mental. Dia tertarik pada militer dan seni. Pada masa
itu raja cukup keras dan kejam dalam mendidik putra mahkota. Putra mahkota juga
tidak segan-segan dipermalukan oleh raja di depan para menteri.
[Photo: Pexels] |
Biasanya Pangeran
Sado akan kembali ke istana dan mencari ‘mangsa’ ketika mendapat tekanan. Tidak
ada yang berani membantah, mereka harus merelakan dirinya menjadi korban. Terbunuh
tanpa jejak. Meskipun di novel ini tidak dijelaskan secara gamblang tentang
kelainan mental putra mahkota Sado.
Historical
Fiction Bintang Lima
Saya berani
memberi rating bintang lima untuk novel ini. Terjemahannya mulus, enak dibaca
dan bahasanya gampang dimengerti. Sebagai penyuka historical fiction,
novel ini cukup memuaskan. Bukan sekedar jatuh cinta pada pandangan pertama.
Ilustrasi sampulnya juga memberi gambaran misteri apa yang sedang dibahas di
dalamnya. Blurb yang dipaparkan juga bukan sekedar marketing.
Bagi penyuka romansa yang sweet dan banyak menggambarkan adegan manis, mungkin The Red Palace termasuk kurang manis. Sebenarnya, ibaratnya makanan The Red Palace memberikan gambaran yang pas tentang interaksi dan proses kisah cinta mereka berkembang.
The Red Palace digambarkan dari sudut pandang orang pertama, Hyeon. Jadi kita hanya membaca bagaimana isi hati Hyeon terhadap Eojin. Hyeon yang tidak peka terhadap perasaan lelaki, sementara orang-orang tahu ada rasa yang berkembang di antara mereka. Akan tetapi, akhirnya cukup memuaskan. Bagaimana Hyeon akhirnya mengakui jatuh cinta pada Eojin, sama seperti Eojin yang juga memiliki rasa ingin melindungi Hyeon sebagai seseorang yang penting untuknya.
17 Komentar
Istana tidak seindah bayangan. btw kak makasih ya sudah mention buku judul ini. Saya yakin jadinya untuk baca. Semangat ya kak!
BalasHapusSalah satu yang jadi favoritku tahun ini. Bagus, Kak. Nggak nyesal kalau beli.
HapusTernyata istana tidak seindah bayangan ya kak. Thanks ya kak jadi yakin buat baca. Semangat kak!
BalasHapusSama-sama, Kak.
HapusTerjemahannya rapi ngha Budosen? Entah kenapa saya butuh effort energi yang banyak buat baca terjemahan nih. Huhu
BalasHapusRapi banget, Kak. Sama enaknya kayak baca buku yang ditulis langsuung oleh yang nulis bahasa Indonesia. Aku auto jatuh cinta dengan Meggy Soedjatmiko
HapusWah kayaknya seru banget nih ceritanya. Reviewnya lengkap. Jadi penasaran sama cerita The Red Palace.
BalasHapusrecommended, Kak. Nggak rugi semisal mau dibeli. Tunggu diskon aja, karena harganya lumayan buat beli sekarung beras di Indomaret. Hehehe
HapusAlhamdulillah, dapat pengetahuan baru dari membaca website ini
BalasHapusTerima kasih, Mbak
HapusAlurnya cukup menarik untuk dibaca. Terima kasih untuk infonya kak..
BalasHapusSama-sama, Kak
HapusAlurnya cukup menarik untuk dibaca. Terima kasih iinfonya kak...
BalasHapusWah, aku suka dengan blog yang isinya sharing isi buku. Terima kasih sudah sharing, kak. Semangat :)
BalasHapusSama-sama. Jarang nih nemu teman yang suka baca ulasan buku di blog.
Hapuswah sepertinya seru bukunya. jadi pengen baca hihihi
BalasHapusSeru banget, Kak. Recommended!
Hapus