Seperti yang banyak orang tahu, Idul Adha adalah lebaran daging. Kalau biasanya harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli setumpuk daging, di hari raya haji ini daging bisa didapatkan gratis. Daging-daging pun berlimpah ruah, terkadang sampai blenger hanya dengan melihatnya saja. Bukan memakannya, lho, baru ngeliatin saja.
Sejak pindah KK dan KTP menjadi penduduk Aceh
Besar, saya mengenal satu lagi olahan daging. Kali ini daging dengan minim
rempah, tapi rasanya maknyus. Paling penting yang perlu diingat dalam kepala
sampai kapanpun, daging ini tahan lama dan bisa disimpan tanpa kulkas. Etapi,
pastikan kalau kotamu tinggal nggak panas menyengat yang membuat apa saja
disekitarmu menggosong dan mencair, ya.
Setiap lebaran haji tiba, saya kerap membantu
mertua memasak daging yang dinamai sie
reuboh. Saya juga bertanya pada Ayah mertua apa saja yang perlu disiapkan
dan syarat utama untuk memasak rie reuboh ini. For your information, saya suka rasa sie reuboh (daging rebus) ala ayah mertua ini. Bumbunya pas,
keringnya oke, dan ranya cetar membahana.
Daging mentah untuk berbagai macam olahan. [Photo: Pexels] |
Resep
Versi Ayah Mertua
Bahan-bahan:
·
3 kg daging sapi (pilih yang berlemak.
Kalau ada tetelan atau lemak, jangan buang. Satukan dengan dagingnya), potong
sesuai selera, tapi jangan terlalu kecil seperti ukuran membuat rendang.
·
1 ons cabe rawit
·
1 ons cabe merah
·
1 buah lengkuas ukuran besar (ukuran
seperempat kilo)
·
1 buah jahe ukuran besar (ukuran
seperempat kilo)
·
1 ons kunyit
·
1 bonggol bawang putih (boleh
dilewatkan)
·
2 buah jeruk purut (bisa diganti 2
sendok makan cuka)
·
Garam secukupnya
Cara membuat:
1. Bersihkan
daging hingga tidak ada darah yang mengalir. Jangan buang lemak yang menempel
pada daging. Potong sesuai selera, tapi jangan terlalu kecil. Ukuran idealnya
sebesar genggaman. Boleh dadu, boleh berupa bongkahan.
2. Tumbuk
semua rempah kecuali jeruk purut. Pisahkan setiap rempah di tempat terpisah. Jangan
dicampur.
3. Masukkan
semua daging disertai lemak dalam wajan besar. Beri garam sesuai dengan tingkat
keasinan masing-masing.
4. Masukkan
satu persatu bumbu dimulai dari lengkuas, jahe, kunyit, bawang putih, cabe
merah dan cabe rawit. Aduk hingga merata.
5. Peras
air jeruk purut atau dua sendok makan cuka. Aduk lagi.
6. Biarkan
bumbu menyerap, air dari daging keluar, dan aduk perlahan.
7. Cek
jangan sampai daging melekat atau hangus.
8. Aduk
terus sampai mengering. Matikan api, dan sie
reuboh siap dimakan dengan berbagai
olahan lagi.
Serba
Serbi Memasak Sie Reuboh
Meskipun perasan jeruk purut bisa digantikan
dengan cuka, tapi saya nggak merekomendasikan cuka kecuali sudah kepepet. Asam dari
cuka menyisakan aroma yang nggak enak banget buat sie reuboh. Hasilnya seperti sie
reuboh beraroma basi saat matang.
Pastikan juga komposisi rempah itu 1:1 untuk tiga
kilo daging. Tentu saja, daging itu harus dicari yang berlemak. Lemak itu
berfungsi seperti lilin yang mengemas dan membantu pengawetan daging secara
alami dan bisa disimpan dalam jangka waktu panjang. Kata ayah mertua saya, orang-orang
di masa lalu menyimpan sie reuboh sampai berbulan-bulan. Satu potong sie reuboh dimakan untuk satu hari
seagai lauk.
[Photo: Pexels] |
Satu hal yang paling penting, Aceh Rayeuk atau
Aceh Besar itu sangat luas wilayahnya. Antara wilayah gunung dan laut saja
bahasanya berbeda, apalagi makanannya. Meskipun namanya sama-sama sie reuboh, tapi bisa saja di bagian
perbumbuannya berbeda. Ada yang ditambah, ada yang dikurangi. Resep ini sudah
yang paling dasar dipakai. Kunci dalam menyiapkan bumbu sie reuboh ini, semua bahan ditumbuk. Belakangan, generasi milenial
dan zillenial lebih memilih memblender semua bumbu biar praktis. Tentu saja
versi diblender dan ditumbuk akan menghasilkan cita rasa yang berbeda.
Keluarga suami saya tinggal di area persawahan,
dekat dengan gunung Seulawah dan dekat ke Banda Aceh. Bisa jadi, cara
memasaknya juga berbeda dengan Lambaro yang lokasinya lebih dekat ke Banda
Aceh. Jadi, jika menemukan ada resep sie
reuboh yang berbeda rupa. Jangan khawatir, khazanah perdapuran Aceh sangat
luas. Tidak ada yang benar dan salah. Selama itu halal dan bisa dimakan, itulah
yang paling benar.
Selamat mencoba!
0 Komentar