Mindful Parenting: Mengasuh dengan Sadar dan Waras

"Dunia modern dan derasnya arus informasi membuat orang tua kebanjiran standar penggunaan gaya asuh yang terbaik versi berbagai ahli, tak jarang, yang disebut ahli adalah mereka dengan follower jutaan."

 (Mindful Parenting, Zaneti Soegiharti, hal. 3)

--o0o--

Judul Buku: Mindful Parenting • Penulis: Zaneti Sugiharti • Penerbit: Bentang Pustaka (Yogyakarta: 2023) • Tebal: 165 hal • ISBN: 978-623-186-071-2

--o0o--

[Photo: Pexels]

Mengasuh anak adalah PR yang tidak pernah selesai bagi orang tua. Bagaimana mana tidak, meski sudah punya banyak anak, tetap saja tugas orang tua tiak akan selesai. Tiap anak beda pula cara pengasuhannya. Mengasuh dengan sadar dimaksudkan mengasuh dengan menyadari karakter anak tanpa membuat diri kehilangan kewarasan dan logika.

Saat ini banyak sekali mom influencer yang memberikan gaya asuh berbeda dan terlihat seolah mereka sebagai panutan dalam pola asuh. Bahkan ketika melihat orang tua yang sukses menjadikan anak-anak mereka sebagai orang yang berguna, lantas dia menjadi panutan. Gaya asuh tidak bergantung pada kesuksesan orang lain dalam membentuk karakter dan masa depan anak. Karena setiap orang memiliki latar belakang berbeda dalam bertumbuh. 

Buku ini terdiri 7 (tujuh) bab yang membangunkan pembaca sebagai orangtua. Dimulai dengan pertanyaan 'apakah aku orang tua yang bahagia?' yang membawa pada bab-bab yang membuka mata menjadi orang tua yang dicintai oleh anak. Kuncinya tidak boleh melirik gaya asuh orang lain. 

Di sini juga diberi tahapan untuk tetap menjadi orang tua yang berkesadaran, mengelola emosi, dan mendidik dengan gaya asuh tetap 'waras'. Pada bab ini, pembaca juga dibawa pada satu kesimpulan pada bab enam bahwa apa yang kita lakukan terhadap anak bukan melulu tentang mereka (anak-anak), tapi tentang kita (orang tua). 

Ilustrasi Mindful Parenting
[Photo: Mizan Store]

Semua yang dipaparkan dalam buku ini tentang kebahagian anak akan sejalan dengan kebahagiaan orang tua. Membaca buku awalnya lumayan menyenangkan, tapi di bab-bab selanjutnya banyak tonjokan yang diberikan penulis. Soalnya, tanpa sadar kita terkadang melakukan hal yang merusak anak kita sendiri. Padahal niat awalnya justru sebaliknya. 

Membaca Sebagai Orang Tua

Membaca buku ini sebagai orang tua dengan dua anak memberikan insight baru dalam tiap temuan. Setiap bab saya seperti ditampar, disadarkan dengan realita. Pada kenyataannya, ini adalah teori. Sebagai orang tua terkadang kita tidak luput menuntut anak menjadi lebih sempurna dengan ekspektasi kita sendiri. Kita juga berusaha menjawab dan mewujudkan ekspektasi orang lain dengan hal-hal yang mungkin saja berat dilakukan oleh anak-anak.

Mendidik anak dengan kondisi selalu waras dan bebas stres sangat mungkin bisa dilakukan. Tentu saja lingkungan dan kondisi juga harus mendukung. Tidak semua teori dapat diterapkan bukan?

Saya jadi ingat cerita teman yang bekerja berjualan lauk matang di pasar. Setiap hari menjaga lapak dagangan dan menunggu pembeli. Waktu intens bersama anak-anak tentu berkurang. Di saat pulang ke rumah, dia mempersiapkan dagangan lagi untuk keesokan harinya. Dia lelah dan menghadapi anak-anak dengan emosi.

Saat dia melihat buku ini kalimatnya menohok sudut hati saya. Katanya, “kalau uang cukup, kebutuhan terpenuhi, buku ini bisa jadi buku bagus. Tapi nggak semua buku parenting itu mewakili kondisi lapisan ekonomi orang tua.”

Waktu itu saya pun akhirnya terdiam. Apa yang dia katakan ada benarnya juga. Saya sendiri mengalami hal yang sama. Saat lelah di kampus, stres dengan kelakuan mahasiswa yang semakin menjadi-jadi, seringnya pulang ke rumah bukan hal yang menyenangkan. Saat anak bertingkah mencari perhatian, intonasi tinggi juga sempat keluar sesekali.

Sekali lagi, buku ini memang bukan buku parenting yang sempurna, tapi langkah yang ditawarkan buku ini untuk tetap waras dalam mendidik cukup recommended. Sangat recommended buat ortu yang sedang mencari buku parenting, tapi nggak berat-berat.

Posting Komentar

0 Komentar