Assalamualaikum, bestie travel and bookish!
Apa kabar duniamu hari ini? Tetap dibawa
asyik aja kali, ya. Iyalah apa lagi dunia emak-emak yang rempong dan suka goblog
gini. Kerempongan meningkat beberapa level dan suara naik beberapa oktaf. Alhamdulillah ‘ala kulli hal, menemukan
hobi yang bisa bikin healing ternyata
salah satu berkah hidup.
So,
tulisan
ini lahir karena sebuah pertanyaan di tengah kerempongan real life yang padat. Si teman tiba-tiba tanya, “kok kamu
ngeblognya rajin banget. Giliran nulis jurnal aja, kelihatan g*blok banget.”
Mom working [Photo: Pexels/Sarah Chai] |
Wes! Ini laki mulut minta dilado. Padahal sudah
jelas kalau blogging buat saya itu
sebagai hiling sekaligus buat ngilang dari dunia tipu-tipu ini. Walaupun
kelihatannya simpel, tapi saya harus berbagi waktu dengan seabrek kegiatan
lain. Satu lagi tanda paling nyata, kalau saya terlihat sangat produktif, itu
tandanya lagi hectic di dunia nyata dan potensi stress sangat
tinggi. Maka saya lari ke dunia OLIVERIAL.
Emak-Emak
Suka Goblog
Saya sering mendengar keluhan para emak kalau lagi
ngumpul. Katanya setelah menikah, punya anak, dipadatkan dengan berbagai
rutinitas rumah dan kerjaan, emak-emak jadi lebih g*blok. Sebenarnya saya nggak
setuju, tapi kok ada benarnya, ya. Otak jadi lebih lemot, kekuatan analisa
berkurang, dan lebih lemot dalam berpikir serta mengambil keputusan. Satu lagi,
lebih cepat lupa. Karena itulah, untuk mencegah pikun dini saya lebih memilih
goblog daripada dikatain g*blok sama orang lain. Toh menulis juga membuat kita
terlihat lebih pintar kan, ya? (Heheh).
05.00-06.00:
Bangun Tidur Kuterus Shalat
Saya bangun tidur antara pukul lima sampai jam
enam pagi. Biasanya langsung shalat Subuh kalau sudah masuk waktu Subuh. Di
Aceh, Subuh berkisar antara 5.30 pagi sampai 5.45 tergantung musim dan
bulannya. Kalau bangunnya pukul lima pagi, saya akan ngeluarin isi kulkas,
bersiap masak-masak untuk bekal anak dan membuat sarapan sederhana saja. Lalu
mendirikan shalat Subuh. Ngaji sebentar saja, sekitar setengah atau satu
halaman, lanjut baca buku sekitar sepuluh menit kalau sempat. Seringnya nggak
sempat dan lebih sibuk nge-hectic di
pagi hari. Padahal ba’da Subuh ini
waktu emas untuk membaca, menulis, mereview, atau menghapal. Pekerjaan yang
membuat kinerja otak lebih maknyus.
[Photo: Pexels] |
Saya nggak tahu bagaimana emak-emak produktif di
luar sana sukses rumtang dan sukses karir. Bagaimana mereka membagi waktunya
dengan maksimal. Meskipun mereka hanya bilang, “ya, bagi-bagi aja waktunya.
Capek pasti,” tapi saya yakin ada rahasia tersembunyi yang memang disimpan diri
sendiri sampai mati.
05.20-7.30:
Dapur, Sumur, Kasur
Eh, by the
way saya nggak selalu bangun pukul lima subuh, lho. Ada kalanya saya
kebablasan sampai pukul tujuh pagi. Bangun-bangun udah pagi terang aja. Jadi
yang saya kerjakan yang wajib-wajib saya. Biasa ini terjadi kalau saya sudah
terlalu capek atau malamnya begadang.
Usai shalat Subuh saya akan mengerjakan pekerjaan
dapur, sumur, kasur sambil menunggu makanan matang di atas kompor. Mulai
memasak menu sederhana dan cepat untuk dibekalkan anak ke day care. Iya, saya nggak ada pengasuh di rumah dan tinggal hanya dengan
keluarga kecil. Tanpa perlu diiringi dengan julid-julid para netizen, saya
mengakui kalau karir saya nggak lepas dari bantuan day care menampung balita saya berumur dua tahun setengah.
Setelah perlengkapan si kecil masuk tas, saya
sempat-sempatin cuci piring dan kucek-kucek pakaian. Kadang-kadang cucian dalam
jumlah sudah kelar dicuci di malam hari, paginya tinggal jemur saja. Setelah
keringatan, baru saya mandi. FYI, saya nyuci nggak pakai mesin cuci. Bagi saya,
mencuci pakaian sama dengan menulis, bagian dari stress release.
7.30-08.00:
Start the Day
Pergerakan saya dimulai pada pukul setengah
delapan. Saya absen dulu untuk menunjukkan kehadiran di satker kerja. Beruntung
Kemenag sudah pakai absen dengan aplikasi PUSAKA. Saya juga tinggal di radius
yang terjangkau dengan satker. Saya bisa langsung ngantar anak, belok dikit ke
radius yang masih bisa absen, terus check
in dan lanjut antar anak ke day care.
Jarak antara rumah ke day care anak
sekitar tiga puluh menit udah bolak balik. Dari day care langsung meluncur ke kampus. Perjalanan akan lebih cepat
dan sat set kalau mengendarai sepeda motor.
8.15-12.00:
Daily Work
Nah, pada waktu inilah aktivitas saya sebagai
dosen di perguruan tinggi Islam dimulai. Syukurnya saya mendapat privilege tidak mendapat jam mengajar
pada jam pertama. Alhamdulillah, teman-teman di prodi yang menjadi homebase saya sangat pengertian dengan
kerempongan saya di pagi hari. Jadi, waktu pagi itu benar-benar terluang untuk
aktivitas lain.
Hari kerja terhitung dari Senin sampai Jum’at. Ada
saja agendanya selain jadwal mengajar. Terkadang bimbingan skripsi, membereskan
masalah mahasiswa, menyelesaikan adnistrasi keprodian, mengerjakan tugas-tugas
sebagai dosen, rapat, konferensi, dan lain-lain. Setiap hari ada saja yang menjadi pekerjaan.
Meskipun saya menetapkan pukul dua belas sudah
urusan di kampus dan berlanjut dengan istirahat, seringnya ini nggak berlaku.
Ada waktunya pukul 12 siang saya justru harus mengajar jam ketiga.
12.01-14.00:
Me Time
Me
time yang dimaksud bukan waktu untuk bersantai
benar-benar untuk diri sendiri. Dua jam istirahat ini benar-benar saya
manfaatkan untuk menyelesaikan urusan pribadi. Makan siang, shalat Zuhur,
nge-blog, membuat draft tulisan, nyicil novel, cari beasiswa, belajar sebentar
sebelum masuk kelas sore, baca buku, bahkan belanja.
[Photo: Search by Google] |
Itu nggak semuanya dikerjakan dalam waktu dua jam,
kok. Disesuaikan saja mana yang lebih penting dikerjakan. Mana yang lebih
mendominasi mood hari itu. bisa juga
tidak ada yang dikerjakan sama sekali selain makan dan shalat Zuhur. Apalagi
kalau ada yang ngajak makan di luar.
14.01-16.50:
Repeat Pagi
Dua jam kerja tersisa di sore hari ini memang
dikerjakan untuk hal-hal yang sifatnya sama seperti pagi. Mengajar, rapat, dan
lain-lain. Sering juga kalau sudah terlalu lelah saya memutuskan pulang pada
waktu istirahat dan melakukan hal lain di rumah.
16.51-17.30:
I Care My Day
Waktunya jemput anaaaakkkk!! Sebenarnya lelah
banget, tapi percaya nggak sih kalau anak itu punya kekuatan memulihkan? Saya sering
terpusing-pusing saat berangkat dari rumah atau kampus untuk menjemput anak.
Begitu anak menyambut dengan ceria dan semangatnya di day care, seketika lelah saya hilang.
Biasanya sepulang dari day care kami mutar-mutar dulu dengan mengambil jalan pulang yang
berbeda. healing untuk saya dan anak
biar bahagia. Kadang-kadang singgah di super market buat sekedar beli roti, es
krim, atau kebutuhan anak lainnya.
17.35-18.00:
Gardening
Saya selalu menyempatkan untuk beberes dan rapikan
ini itu sepulang kerja. Bukan karena rajin atau hobi gardening, tapi hanya ini cara yang bisa saya lakukan untuk
membereskan halaman rumah yang berumput.
Bagian ini agak menggalaukan. Satu sisi, saya
ingin menanam rumput agar anak mudah bermain dan berlari sana sini tanpa memakai
alas kaki. Sesekali saya juga ingin duduk manis bersama anak-anak dan ‘piknik’
ala-ala di halaman rumah. Di sisi lain, rumput gajah ternyata sarang pacat.
Baru sebentar saja berdiri untuk menjemut pakaian, pacat-pacat sudah merayap ke
kaki.
Belakangan saya menanam rumput jarum, ternyata
nggak seindah yang saya bayangkan. Ia tumbuh dan menyebar dengan cepat, tapi
bukan tipikal rumput yang asyik dijadikan ambal seperti rumput Jepang. Begitu
rumputnya panjang malah dijadikan toilet oleh kucing tetangga.
Sekarang saya mulai menanam rumput Jepang dan
menjaga agar rumput gajah tidak berkembang cepat. Selain itu, ada beberapa
bunga vinca, rain lily, spider lily, sirih
gading, mint, portulaka, cosmos, dan kembang setahun. Saya nggak suka tanaman
yang manja dan harus dirawat terus menerus. Menanam serai, jahe, kunyit, lengkuas,
daun kari, dan jeruk nipis lebih saya minati daripada bunga-bungaan. Saya
tipikal yang suka melihat, tapi malas mengurus.
18.00-22.00:
Bermain Air
Nah, ini adalah puncak karir saya sebagai
emak-emak jika malam telah tiba. Terutama kalau anak juga anteng ditinggal main
sendiri. Mencuci pakaian, mencuci piring, ngepel, dan melakukan urusan rumah
tangga lainnya. Saya juga buat cemilan anak buat dibawa ke sekolah di malam
hari, lho. By the way, saya masih
mencuci pakaian dengan cara manual alias pakai tangan. Jadi, sebisa mungkin
pakaian nggak ditumpuk. Ini alasan saya mencuci pakaian tiap malam.
Saya juga memiliki alasan tidak selalu menggunakan
mesin cuci saat mencuci pakaian. Bukan karena pakaiannya mahal dan hand wash only, ya. Mencuci pakaian bagi
saya sama halnya dengan healing. Meredakan
stress setelah meninggikan suara di kampus itu tekanannya lumayan.
Wallace J. Nichols, seorang ahli Biologi
mengatakan bahwa terapi air bisa
mempengaruhi kondisi emosional. Air seperti obat untuk pikiran yang stres. Air juga
memiliki efek langsung yang dapat menenangkan. Karena saya nggak punya bathup untuk berendam atau kolam untuk
berenang, maka menyuci salah satu cara untuk mendinginkan hati yang mulai
panas.
Saya nggak rajin-rajin amat, kok. Aktivitas ini
tidak selalu saya lakukan. Terkadang saya mengabaikannya karena terlalu lelah
di siang hari atau tertidur lebih awal. Akan tetapi yang sudah pasti, hidup
saya umumnya memang dimulai saat Subuh menyapa.
Sebelum tidur, saya berusaha untuk membaca satu
bab atau sepuluh halaman buku. Saya sangat mengusahakan tidak membaca novel
yang seru di jam akan tidur. Kalau terlalu seru, biasanya akan maraton sampai
pagi. Sebaliknya, saya membaca buku nonfiksi, terutama yang agak berat sebelum
tidur. Lalu, baca do’a, tidur. Bismika
allahumma ahyaa wa bismika amuut. Dengan nama-Mu ya Allah, aku hidup dan
aku mati.
2 Komentar
Seru banget kesehariannya kak. Selalu semangat ya ✊🥰
BalasHapusMakasih, Kak. Sama-sama bersemangat menuju final kita
Hapus