Sudah bukan rahasia kalau pasar perbukuan Indonesia juga diwarnai dengan buku-buku terjemahan. Bahkan beberapa buku terjemahan justru mendominasi pasar buku Indonesia mengalahkan buku karya penulis lokal. Apakah buku karya anak negeri kurang menarik atau buku terjemahan yang begitu memikat?
Hmm, sepertinya keduanya memang menjadi pertanyaan
sekaligus jawaban untuk PR dunia literasi Indonesia, ya. Etapi, ada kok yang
nggak suka buku terjemahan dengan alasan bahasanya ngebosanin. Apa iya? Karena salah
satu alasan saya suka membaca justru karena dimulai dari buku terjemahan.
[Photo: Pexels] |
Well,
memang
benar jika banyak buku-buku terjemahan yang membosankan. Entah karena alur
ceritanya, nama tokohnya, genrenya, atau bahkan gaya terjemahannya yang begitu
kaku. Padahal kalau kita bisa menikmati bahasa dan alur ceritanya, banyak
sekali buku terjemahan justru membuat kita ketagihan, lho. Mungkin saja
beberapa cara di bawah ini bisa dilakukan untuk menghalau kebosanan untuk
membaca buku terjemahan.
Pilih
Buku atau Cerita Pendek/Singkat
Sebelum menikmati versi terjemahan, perlu untuk
tes minat dengan membaca cerita atau terjemahan yang singkat-singkat dulu. Bisa
berupa cerpen atau artikel yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Perlu diingat,
tentunya yang namanya terjemahan itu feel-nya
tetap nggak seenak saat membaca versi bahasa asli. Ada, tapi langka. So far, saya baru menemukan terjemahan
seasyik membaca versi bahasa Indonesia itu dari seri Harry Potter yang
diterjemahkan oleh almarhumah Listiana Srisanti.
Tentukan
Genre Bacaan
Genre bacaan sangat penting dalam menemukan minat
meskipun itu buku terjemahan. Biasanya meski gaya terjemahan nggak asyik, kita
akan bertahan untuk menyelesaikan buku sampai tuntas karena itu genre yang kita
sukai. Saya menyukai genre fantasi dan historical
fiction, maka sekacau-kacaunya gaya bahasa si penerjemah, biasanya saya
akan bertahan untuk menyelesaikan buku yang saya baca meskipun dalam rentang
waktu yang lama. Syukur kalau menemukan buku dengan terjemahan yang bagus.
Cari
Penerjemah yang Sama
Ini cara paling ampuh. Ingat nama penerjemahnya,
kemudian cari buku yang diterjemahkan oleh penerjemah yang sama. Biasanya penerjemah
yang sama bernaung di satu penerbitan. Penerjemah memiliki kecerdasan dalam
menginterprestasikan bahasa menjadi asyik dibaca, bahkan membuat para pembaca
merasa mendapatkan rasa dari bacaan yang dibaca seperti membaca versi aslinya. Saya
menemukan kekhasan terjemahan ini dari serial Harry Potter. Selain Harry
Potter, Listiana Srisanti juga menerjemahkan Memoir of Geisha yang ditulis oleh Arthur Golden.
Gaya penulisan Arthur Golden dan JK. Rowling sudah
jelas berbeda. Ketika membaca kedua karya tersebut juga terasa perbedaannya.
Namun satu yang sama-sama mereka miliki karena diterjemahkan oleh penerjemah
yang sama, kelihaian dalam menginterpretasikan kata-kata dari bahasa asli ke
dalam bahasa Indonesia.
Baca
Rekomendasi Bookfluencer
Kalau dibilang banyak bookfluencer yang memberikan ulasan nggak jujur, tapi banyak juga
yang menulis dengan jujur. Terutama buku-buku yang diulas tanpa sponsor dari
penerbitnya. Jadi, pastikan kalau bookfluencer
ini biasanya memang menulis ulasan jujur tentang buku yang dibacanya. Terutama
buku terjemahan, jangan sungkan untuk bertanya apakah gaya bahasanya mudah
dipahami, enak diselami, atau sekedar ganti bahasa saja. Tentu saja jangan Cuma
berpegang sama jawaban satu bookfluencer.
Kumpulkan banyak pendapat, karena semakin banyak maka semakin baik.
Baca
Versi Digital Sebelum Membeli
Kalau punya niat untuk memiliki buku tersebut
karena populer dan hype di kalangan pecinta buku, pastikan dulu kalau buku
terjemahan ini memang akan dibaca ulang. Kalau sekedar baca sekali, lebih baik
pinjam di perpustakaan saja. Kalau di perpustakaan juga tidak tersedia, tidak
ada salahnya baca satu dua bab di pustaka digital seperti iPusnas, iJak, atau
pustaka digital lainnya. Kalau bahasa terjemahannya cocok, baru beli versi cetaknya.
By
the way, penerbit tertentu juga punya peran besar dalam
menonjolkan karya terjemahan yang dipasarkan. Di Indonesia, ada beberapa
penerbit yang terkenal dengan bahasa terjemahannya yang mulus, rapi, enak
dibaca, dan mudah dimengerti. Saya suka baca terjemahan dari Mizan dan lini
penerbitan lainnya seperti Noura Books, Qanita, dan dulu sepertinya ada Dastan
Books. Ada juga dari penerbit Haru yang menerjemahkan karya dari penulis Asia
seperti Jepang, China, Korea, Thailand, India, dan lain-lain.
Sampai sekarang, pengalaman membaca terjemahan
bagi saya tidak begitu memberatkan. Justru yang berat itu adalah membaca
terjemahan buku-buku keagamaan Islam yang kebanyakan dari bahasa Arab. Berat,
kaku, melelahkan, dan terkadang penyusunan kalimatnya sangat kacau. Jarang sekali
saya menemukan terjemahan buku keagamaan Islam yang luwes dan menjadi favorit.
Kalau kalian punya rekomendasi buku keagamaan
Islam yang luwes dan enak dibaca nggak bikin ngantuk, feel free share di komentar, ya.
10 Komentar
Wah ... Terima kasih ya tips-nya. Sangat membantu 🙏
BalasHapusSemoga bermanfaat, Kak
HapusAaah terima kasih tipsnya Kak. Sangat membantu bagiku yg agak kembang kempis semangatnya kalo baca terjemahan😅
BalasHapusMa sama, Kak. Ini juga reminder untuk diri sendiri, sih. Karena aku juga belakangan lagi malas banget baca buku terjemahan. Berasa kayak nggak sebagus dulu.
Hapussiap mba ulfa, terimakasih banyyak tipsnya, sangat membantu
BalasHapusSelamat mencoba, Kak
HapusSangat membantu sekali kak. Memang benar soal terjemahan ini kek jodoh, cari yang klik agak sulit. Btw kakak bisa baca kitab kesehatan mental terbitan Turos yang sampulnya warna biru
BalasHapusMakasih rekomendasinya, Kak
HapusNice info kak. Terima kasih...
BalasHapusTipsnya bermanfaat, semangat selalu kak
BalasHapus