Dear Myself,
Kutuliskan
pesanku untuk dirimu di masa depan. Sebagai tanda kedewasaanku di tahun ini.
Tak
terasa, angka tiga puluh telah lewat. Kini angka empat puluh semakin menjadi
bayangan yang mengikuti, tetapi apakah aku siap dengan segala warna warni yang
semakin tak lagi terlihat cerah?
Myself,
mungkin...
-o0o-
working mom [Photo: Pexels] |
PRANG!!!
Aku menghentikan jemariku yang tadinya sangat lincah
menari di atas papan ketuk laptop hidup segan mati tak mau. Kutoleh ke belakang,
kulihat Val sedang melempar benda terakhirnya. Gelas plastik yang kutebus murah
di hypermat komplek. Akhirnya benda itu menemui ajalnya.
Abaikan.
Aku ingin menyelesaikan tulisan ini. Sebuah catatan
untuk diriku di masa depan. Aku ingin saat usiaku tidak lagi muda, saat
jemariku sudah bergetar menyentuh apa saja, ada sesuatu yang tersisa dari masa
sehatku. Untuk diriku yang terinspirasi dari sebuah buku terbitan Shira Media, Dear Myself.
Blank!
Oh, tidak! Aku bahkan tidak bisa melanjutkan apa yang
ingin aku tuliskan di lembaran kosong layar laptopku. Jika biasaya aku bisa
menulis berword-word, kali satu kata
pun tak lagi mudah. Kemana semua kosa kata yang tadi begitu rapi mengantri di
kepala? Entahlah. Oh, ini! Dia sudah muncul di kepalaku.
Dear,
Myself!
Jangan
lelah meskipun anakmu terus menerus mengotori rumah. Menaburkan mobil-mobil
mini ke seluruh ruang tamu sampai siapapun yang datang akan berkomentar, “luar
biasa harta kekayaanmu, ya. Mobil mewah terparkir dimana-mana!”
Jangan
kesal. Aminkan saja. Karena lillah-mu sekarang anakmu akan bahagia. Karena lillah-mu,
ledekan rekanmu menjadi doa di masa depan. Tidak masalah kalau kamu merasa
kesal, tapi cukup dalam hati. Tidak perlu dikeluarkan.
PRANG!
Jemariku kembali terhenti. Aku menoleh lagi ke
belakang. Kali ini dengan memutar kursi kerja dan melihat Val sudah mengeluarkan
dus gelas Luminarc berbentuk silindir. Satu di antaranya sudah menghantam
dinding. Mendarat ke lantai dengan kondisi tidak baik-baik saja.
“Vaaalll!!” aku menjerit histeris saat menyadari itu
gelas bukan sembarang gelas. Gelas itu titipan mertuaku setahun lalu. Kakiku nyaris
tak berasa dan napasku nyaris sesak.
Val menatapku dengan risau, kaget, dan takut. Val tidak
pernah melihatku seperti ini. Aku menahan tangis yang hampir menjadi irama di
antara kami. Val mendekatiku, menciumiku, lalu berkata, “maaf, mama.”
Tangisku pecah di antara lelah dan kesal. Aku yang
sekarang bukan lagi aku yang dulu. Aku yang produktif, terstruktur, rapi, dan
tidak pernah mengeluh. Kalau saja aku bisa melakukan tanpa memikirkan
dampaknya, aku ingin semuanya dikembalikan ke situasi awal.
Kubawa Val masuk ke kamar. Kubiarkan dia melakukan apa
yang dia suka di kamar. Pintu kamar sudah aku kunci. Aman. Dia mau teriak,
menangis, atau melempar barang. Aku tidak peduli. Aku hanya butuh tidur untuk
meredakan migrenku yang tiba-tiba kambuh.
-o0o-
Pukul
sembilan malam aku terbangun. Val tertidur di dekat kakiku. Wajahnya lelah,
tapi bahagia. Tenang dan polos. Bersih dari semua dosa-dosa. Aku menatap
wajahnya lama. Diam-diam mengusap bulir bening yang mengalir di pipi. Val tidak
bersalah, aku hanya melampiaskan kekesalanku padanya.
Oh, aku teringat ada pesan menuju dewasa yang harus aku
selesaikan. Kubuka laptop yang masih menyala, tapi dalam kondisi sleep. Kubuka halaman baru dan mulai
mengetik lagi.
[Photo: Pexels] |
Dear,
diriku di masa depan.
Jangan
lelah, cukup lakukan dengan lillah. Semua orang akan merasa lelah, tapi tidak
perlu mengeluh. Ingat! Apa yang tidak kamu tidak sukai saat ini adalah impian
orang lain. Apa yang kamu keluhkan saat ini adalah penantian orang lain. Kamu hanya
perlu melihat dari sisi yang berbeda. Sisi penuh syukur sebagai seorang hamba. Sisi
penuh semangat sebagai seorang manusia.
Jangan
takut kalah, karena kamu tidak sedang berlomba dengan siapa-siapa. Kamu hanya
perlu memenangkan kompetisi dengan dirimu sendiri. Rasa malas dan rasa riya
yang terus menggodamu untuk menunjukkan pencapaianmu.
Wahai
diri yang tidak sempurna,
Jangan
lelah. Lakukan semua karena Allah.
10 Komentar
Mantap ka! Semangat yaa, fighting!
BalasHapusTerima kasih, Kak
HapusSemangat ya kak! Fighting selalu!
BalasHapusTerima kasih, hidup tanpa fighting seperti hidup nggak pernah makan kepiting. Hehehe
Hapuskeren sekali tulisannya mba, saya juga ikut kenalan sama val. hehe
BalasHapusTerima kasih, Kak. Val anak yang masih ingin tahu segala hal. Hehehe
HapusLuar biasa kak, semangat pantang menyerah dan tak kenal lelah kakak luar biasa.
BalasHapusTerima kasih, Kak.
HapusSelalu senang dan bahagia setelah membaca tulisan kakak
BalasHapusTerima kasih, Hani
Hapus