Assalamualaikum sahabat study and travel.
Pernah nggak selama bulan Ramadan ini merasa ruang
gerak terbatas? Mau healing tapi
malah nggak ada tempat wisata yang buka, apalagi menunya. Itu di Aceh, ya.
Selama bulan Ramadan semua tempat wisata dan tempat makana tutup di siang hari.
Ya, mungkin cuma di Aceh.
Don’t
worry be happy. Di bulan Ramadan sebenarnya kita
masih bisa healing tipis-tipis, kok. Terpenting
niat dan cara menikmatinya saja. Bahkan healing
kali ini destinasi wisatanya cukup langka. Tidak bisa didapatkan pada
hari-hari biasa karena destinasinya hanya ada setahun sekali di bulan Ramadan.
[Photo: Search by Google] |
Sebutlah ia wisata takjil Ramadan. Wisata takjil
dimulai pada pukul empat sore sampai dengan tiba waktu berbuka. Makin dekat
waktu berbuka, makin padat pula jalanan. Wisata takjil dapat dinikmati
sepanjang jalan di padat penduduk di Aceh. Nggak mesti pasar, karena di jalan
perkampungan atau komplek juga dipenuhi dengan penjaja makanan musiman yang
menjual berbagai jenis takjil.
Bagi para pekerja di kantoran, setiap hari kerja
adalah momen yang tepat untuk menikmati wisata takjil Ramadan. Selama sebulan
pula, kita bisa melirik dan mencicipi setiap jajanan takjil yang menarik di
mata. Tentu saja, meski memiliki kesamaan bentuk, warna, dan nama, tapi untuk
rasa bisa saja berbeda-beda.
Di Aceh, umumnya takjil berupa kue-kue tradisional
mulai bermunculan dengan harga dan kemasan yang bervariasi. Ada yang dijajakan
seperti di pasar tradisional, ada pula yang dikemas ala toko bakery. Tentu saja,
harganya pun sudah pasti berbeda. Meskipun begitu, tetap ada saja pelanggannya.
Ada yang suka dikemas eksklusif, ada pula yang suka makanan yang dibuka di
tempat umum. Lebih berasa aromanya saat didekati.
Bagi sebagian penikmat wisata takjil Ramadan,
membeli makanan di lapak-lapak kecil dengan posisi jajanan terbuka bukan
sekedar ngomongin bersih dan kotor jajanan itu. Ada pula yang membeli dengan
niat membantu pedagang kecil meski jualannya musiman. Ada pula yang ingin
menghidu aroma bahan dasar jajanan tersebut. Begini saja sudah healing kan, Bestie.
Saya suka melakukan wisata takjil Ramadan sepulang
kerja, karena bagi saya ini juga bagian dari healing. Sering saya mengitari kota kami yang kecil untuk sekedar
melihat-lihat. Terkadang saya menemukan sesuatu yang baru alias takjil baru
yang belum pernah saya coba. Di sinilah letak keseruan dari wisata takjil
Ramadan.
[Photo: Pexels] |
Pertama kali saya tiba di Meulaboh, saya kaget
melihat kelapa yang sudah dikupas digantung di tepi jalan. Saya tidak tahu sama
sekali fungsi dan tujuannya apa. Sampai kawan saya mengatakan kalau itu adalah
kelapa bakar. Salah satu jajanan segar yang keluar hanya pada bulan Ramadan. Di
hari-hari biasa, kelapa bakar sangat sulit dicari kalau bukan by request.
Kelapa bakar ini dibuat dari kelapa muda yang
dibakar di dalam arang seperti membakar ikan, tentu saja dengan api yang besar.
Setelah kulit luar kelapa menghitam, barulah kulitnya dikupas dan tinggal
tempurungnya. Ada pula yang tempurungnya juga ikut menghitam karena terlalu
hangus. Rasanya, hmmm... masih tetap segar dengan aroma yang lebih khas.
Takjil Ramadan favorit saya sepanjang tahun adalah
es rujak Aceh. Rasanya minuman segar ini tidak boleh ketinggalan meskipun ada
menu lain terhidang di atas meja. Akan tetapi, nggak semua lapak menjual es
rujak Aceh sesuai dengan selera saya. Selama sebulan pula selepas jam kerja
saya selalu berkeliling dari lapak ke lapak untuk menemukan es rujak Aceh yang
cocok di lidah.
Es rujak Aceh juga gampang dibuat sendiri, kok. Buah
yang digunakan sama dengan buah untuk rujak Aceh pada umumnya. Bumbu rujaknya
juga sama. Bedanya, buah yang digunakan semuanya diserut. Bumbu rujaknya diberi
air dan es batu. Kalau ingin bumbunya terasa dan tidak terlalu cair, tidak
perlu menambahkan air. Cukup menambahkan es batu saja. Air dalam rujak akan
terisi sendiri dari es batu yang mencair. Gampang, kan?
Wisata takjil Ramadan bukan sekedar berwisata
keliling-keliling menonton pameran takjil, tapi di sini kita juga melihat
semangat berwirausaha masyarakat dalam mencari keberkahan Ramadan. Ada yang
benar-benar mendulang rupiah karena mata pencaharian kesehariannya adalah
berdagang, ada yang sekedar mengisi waktu sore hari dengan mengambil kesempatan
di depan mata.
Nah, kalau kamu masuk tim mana, nih. Tim pengelola
wisata takjil Ramadan atau tim yang menikmati wisata takjil Ramadan? Saya sih
tim kedua.
0 Komentar