Hal pertama yang membuat saya terpengaruh untuk membeli novel After All This Time adalah premis cerita ini menyentil tentang pelecahan seksual oleh oknum dosen. Tentu saja, sebagai akademisi dan kerap mendengar obrolan ini, saya jadi tertarik untuk memiliki buku yang dari segi ilustrasi sama sekali tidak membuat mata saya melirik.
Ternyata saya memang tidak salah memilih, tapi
salah berasumsi. Sudah jelas-jelas gambar di sampulnya topi proyek berwarna
kuning dengan gambar jalan. Saya masih berpikir ini kehidupan asmara dosen
mahasiswanya. Meskipun asumsi ini juga ada benarnya juga. Dominasi alur cerita
adalah dunia teknik sipil yang berkaitan dengan pembangunan jalan tol bertema office romance.
Wuih, office
romance. Yes, karakter Rahman
yang dibangun oleh penulisnya memang membuat saya dan beberapa pembaca sempat 'terahman-rahman' karena memang too good to
be true. Baca novel ini memang membuat para pecinta drakor justru batah
membaca novel romance.
Bagian terpenting yang menjadi sorotan saya pada
novel ini justru ketika Rahman berstatus menjadi dosen di sebuah perguruan
tinggi. Masa-masa ketika dia menikah dengan anak seorang pemilik perusahaan
yang hampir bangkrut, tetapi Rahman harus mempertahankan keduanya. Hubungannya dengan sang istri tidak
baik-baik saja, sama seperti kondisi perusahaan yang dia dia urus.
Hubungannya dengan mahasiswa baik-baik saja, tapi
kondisinya tidak dianggap makmur oleh sang istri. Hal positif yang saya sukai
dari novel ini juga bagaimana penulis menggambarkan profesi dosen dan
lingkungan kampus. Dosen itu tidak jaya dan mentereng dengan penghasilan yang
bisa membeli pakaian branded dari
Eropa. Oh, tidak! Justru penulis dengan manis menggambarkan kemakmuran yang
didapat oleh Rahman dari sumber luar dengan profesionalismenya sebagai
konsultan.
Paling miris justru bagian dari ‘pelecehan
seksual’ yang dimaksud. Memang benar, belakangan kasus pelecehan di Perguruan
Tinggi sedang menjadi sorotan publik. Apalagi banyak media dan kanal media sosial
seperti berlomba menghadirkan korban dan pengamat sebagai narasumber untuk
mengedukasi dan menginformasi ke publik. Benarkah mengedukasi? Terkadang justru
terjadi bias dalam bincang-bincang yang dianggap ringan ini.
Perempuan kerap menjadi objek pelecehan [Photo: Pexels/Keira Burton] |
Kasus pelecehan di Perguruan Tinggi ada yang
terbuka untuk santapan publik seperti yang belakangan terjadi. Netizen
beramai-ramai menghujat si dosen. Apalagi kalau dosen tidak punya kekuasaan
apapaun. Ada yang tiba-tiba menghilang dari publik dan case closed tanpa kesimpulan apa-apa. Diduga sudah diselesaikan
secara kekeluargaan. Ada pula yang ditutupi dari publik, ini yang diangkat
dalam After All This Time.
Kasus di sini bercerita tentang Silvy, mahasiswa
tercantik yang masuk ke kelas Rahman. Sebelum bertemu dengan Silvy, ayahnya
yang seorang mantan rektor di kampus tempat Rahman mengajar menelepon. Seperti
kebanyakan orangtua dengan karir mentereng, Silvy ‘dititip’ pada dosen
berkompeten ini. Kenyataannya selain punya tampang yang tanpa cela, Silvy ini
bukan jenis mahasiswa yang bisa diandalkan. Dia tidak cerdas, tapi ‘lihai’ dan
gigih dalam mendapatkan haknya sebagai mahasiswi dengan menghalalkan segala
cara.
Rahman punya tampang yang lumayan, otak cemerlang,
dan dompat menjanjikan. Tentu saja Rahman juga menjadi sosok yang ditargetkan
oleh Silvy untuk didekati dan dijerat. Rahman bukan dosen yang terlalu gegabah
juga meski dia akui Silvy ini memang menggoda. Dia jengah juga dipepet terus
oleh Silvy dengan segala cara. Rahman sudah berusaha menolak dengan berbagai
cara. Mulai dari cara halus sampai kasar.
Silvy adalah Silvy, dia tetap melakukan berbagai
cara untuk mendekati Rahman. Sampai akhirnya dia hamil dengan lelaki lain dan
meminta Rahman menikahinya dengan modus drama saja. Dia sadar betul kalah
Ayahnya tidak terbantahkan, kekuasaannya mampu membungkam dan menghadirkan yang
dia mau.
Rahman tetaplah Rahman. Segala upaya dia lakukan
untuk menolak. Sampai akhirnya dia mendapat panggilan dari pihak kampus dengan
tuduhan telah melakukan pelecehan seksual pada mahasiswi tercantik di kelas
bernama Silvy. Di saat rumah tangganya di ujung tanduk, perusahaan mertuanya
bankrut, dan Silvy si biang masalah mengancamnya.
[Photo: Pexels] |
Semua orang percaya bahwa Silvy memang diapa-apain
oleh Rahman karena melihat manisnya Rahman terhadap Silvy. Lagipula orang
percaya saja dengan apa yang belum tentu ada. Siapa yang bisa menolak Silvy.
Satu-satunya yang tidak percaya dengan tuduhan itu adalah Rara, cewek manis dan
mahasiswi biasa yang menjadi mahasiswa Rahman di kelas yang diikuti Silvy.
Beberapa kali interaksi dengan Rahman dan Silvy,
dia tahu Rahman bukan orang yang genit. Meskipun sikap Rahman yang sempat
dianggap oleh Rara tukang pemberi harapan palsu. Bahkan ketika hari tuduhan
yang dibuat Silvy untuk Rahman, dia juga melihat Silvy di kantor Rahman. Bukan
saja melihat, dia berani bersumpah Rahman tidak melakukan apapun terhadap
Silvy.
Dasar inilah akhirnya Rara menjadi saksi kunci.
Kesaksian polos Rara lantas menyelamatkan Rahman dari tuduhan pelecehan yang
dilakukan oleh Rahman. Sejak itu Rahman tidak muncul lagi di kampus. Informasi
di luar, karena Rahman dipecat. Kenyataannya Rahman mengundurkan diri karena
tahu akan dipersulit oleh Ayah Silvy. Rahman lantas berangkat ke Amerika untuk
melanjutkan studi.
Playing
Victim Sebagai Korban
Beberapa diskusi tentang perempuan yang saya ikuti
belakangan kerap menyentil isu pelecahan seksual yang terjadi di kampus. Baik
itu yang dilakukan oleh oknum dosen terhadap mahasiswa ataupun sesama
mahasiswa. Motifnya juga macam-macam, kronologisnya juga beragam. Garis
besarnya sama, pada akhirnya pihak korban menyimpulkan apa yang terjadi
tersebut adalah pelecehan seksual.
Pelapor kerap melakukan tindakan playing victim karena merasa dirugikan. [Photo: Pexels] |
Dalam novel
After All This Time, Silvy menyeret Rahman sebagai pelaku karena tidak mau
berdrama dan menikahinya yang hamil. Dia juga tidak tahu siapa ayah janin yang
dikandungnya. Hmm, Silvy memang kelewat nakal, sih. Lantas penolakan ini
dijadikan sebagai ajang balas dendam untuk dosennya.
Di dunia nyata pun banyak kejadian serupa terjadi.
Menurut para aktivis perempuan, banyak kasus-kasus yang dilaporkan awalnya
memang diproses serius. Saat melakukan investigasi, ternyata pelaku dan korban
tidak masuk ke ranah pelecehan. Mereka berpacaran, suka sama suka, hanya saja pihak
perempuan merasa dirugikan. Maka balas dendam terbaik adalah melaporkan pelaku
dengan tuduhan pelecahan seksual.
Kasus serupa Rahman, meski tidak sampai begitu
juga banyak terjadi di dunia nyata. Biasanya dosen yang menjadi sasaran adalah
dosen muda dan berwibawa, ramah terhadap para mahasiswi, care, dan sangat mengayomi. Sikap dosen lelaki yang seperti ini
tidak jarang menjerat mahasiswi dengan halu seperti kebanyakan tema film dan
novel yang belakangan diminati di Indonesia, student lecturer relationship.
Seringnya dosen yang membuat para wanita patah
hati ini justru sudah menikah bahkan memiliki anak. Kedekatan yang awalnya
dilandasi harapan akhirnya kandas. Si mahasiswi mungkin pernah berharap lebih
atau dosennya juga pernah sedikit kelepasan dengan bahasa verbal atau tindakan
noverbal, lalu si mahasiswi menjadikan ini sebagai senjata. Padahal awalnya si
mahasiswi senang-senang saja, lho. Suka saja, tapi tiba-tiba dijadikan sebagai
tuntutan.
Cerita yang lain saat diskusi ini terjadi di
antara mahasiswa. Biasanya yang berani angkat suara itu adalah mahasiswa yang
tergabung dalam ormawa atau anak yang kritis. Sayangnya, untuk urusan tertentu
kecerdasan seseorang itu sering tidak bekerja dengan baik karena sudah
terpojok.
Review After All This Time pada bookstagram @oliverial_ [Photo: Ulfa Khairina] |
Baca Juga: Review After All This Time Versi Bookstagram @oliverial_
Dua orang mahasiswa yang tergabung dalam sebuah ormawa melakukan pertemuan mahasiswa se-Indonesia di Bogor. Di sana, sesuatu terjadi atas dasar suka sama suka. Sekembalinya ke daerah asal, si cowok ternyata berpindah hati. Si perempuan merasa dirugikan, lantas menuntut. Dia juga membawa keluarga untuk menyelesaikan.
Keluarga si mahasiswi tahu bahwa apa yang terjadi
karena suka sama suka, tapi keluarga ikut menuntut karena tidak menerima si
mahasiswi yang akan menjadi aib dalam masyarakat. Demi mencegah hal-hal yang
tidak diinginkan, mereka meminta pihak kampus untuk memberi sanksi akademik
kepada mahasiswa yang ‘pernah’ menjadi seseorang untuk si mahasiswi.
Secara aturan, tidak ada pelecehan atau kekerasan
seksual di sini. Si mahasiswi senang dan mau-mau saja, kok. Bahkan si mahasiswi
memang memiliki perasaan kepada si pelaku. Permasalahannya adalah perkara hati,
ketika si cowok malah habis manis sepah dibuang. Ini masalahnya.
Dua permasalahan di atas sebenarnya bentuk lain
orang dirugikan dan menjadikan dirinya sebagai objek pelecehan. Padahal tidak. Diperparah
lagi dengan kecepatan sosial media yang bisa mendistorsi realitas di publik
menjadi sesuatu yang kacau. Hal yang salah dilempar ke publik dengan
pemanfaatan media sosial, langsung byaaaarrr! Chaos!
Keduanya memainkan peran sebagai korban, padahal
bagian dari pelaku. Bukan hanya perempuan, terkadang lelaki juga banyak yang
merasa dilecehkan perempuan karena cintanya ditolak dan dia merasa sudah
berkorban banyak.
[Photo: Pexels] |
Solusi
Bijak Rahman Dalam After All This Time
Namanya juga novel, seringkali memang too good to be true. Akan tetapi, di
sini kita belajar satu hal yaitu mempersiapkan solusi. Rahman langsung waspada
begitu Silvy datang mengemis untuk menjadi suaminya dan mengaku menghamili
Silvy. Dia tahu ayahnya Silvy akan bertindak meski tidak menyangka bahwa
tuduhan pelecehan seksual akan menjadi perkaranya.
Sebelum karir dan hidupnya benar-benar hancur di
tangan Silvy dan ayahnya, dia sudah memiliki tempat untuk pindah. Dia mundur
dari profesi dosen dan fokus sebagai praktisi di bidang teknik sipil. Gajinya
besar, hidupnya bebas. Meski tentu saja, kota yang seharusnya membuatnya nyaman
untuk pulang justru mati-matian harus dia hindari.
Hidup Rahman sempat hampa meski punya karir
cemerlang dan dompet tebal. Namanya ‘rumah’, selalu ada cara untuk menariknya
pulang. Rahman kembali ke kota tempat dia harus membuka lembaran luka dan mengulang
semua kejadian tanpa bisa dicegah. Sialnya dia juga bertemu lagi dengan Silvy
dengan sosok yang lebih profesional.
Hal yang saya amati dan sukai dari After All This Time dan Rahman ini, alih-alih
menghindari Silvy ini, Rahman justru berusaha menghadapi semua masa lalunya.
Yach, meskipun karena ada Rara juga, sih. Etapi, Rara ini bisa menjadi senjata
yang digunakan untuk melawan ketakutan dan trauma masa lalu.
Dalam menghadapi masalah terburuk dalam hidup,
memang bukan menghindar atau lari dari masalah solusinya. Hadapi masalah itu
dengan berbagai resiko. Sekalipun harus berdarah-darah karena luka lama kembali
terbuka. Terbukti setelah menghadapi Silvy dan mengungkap semua kebenaran
terhadap orang-orang yang masih memiliki prasangka terhadap dirinya, pada
akhirnya kebenaran akan menjadi baju yang memberi rasa aman.
Menghadapi masalah adalah bagian dari menyelesaikan masalah. [Photo: Pexels] |
Well, meskipun tidak banyak kasus yang diungkap seperti yang saya inginkan. Banyak hal yang saya dapatkan dari novel After All This Time dilihat dari sudut pandang kampus dan kacamata saya sebagai tenaga pengajar di kampus.
By the way, novel ini ada di marketplace orens dan sering diskon, lho. Harga untuk Pulau Jawa dibandrol Rp 115 ribu dengan ketebalan novel 405 halaman. Untuk harga di Aceh tambah 10% lagi menjadi Rp 126500,- dan untungnya saya membeli di marketplace orens saat diskon. Harga yang saya dapatkan hanya Rp 86 ribu belum termasuk ongkir. Berkat koin, voucher, dan potongan ongkir yang totalannya Cuma Rp 3 ribu saja, saya hanya membayar Rp 87 ribu untuk harga buku. Kenapa Rp 87 ribu? Saya membagi ongkir Rp 3 ribu itu untuk tiga eksemplar buku yang saya check out. Happy check out and happy reading!
2 Komentar
kisahnya kayaknya menarik ya mbak, penasaran sama rumah tangganya rahman selamat atau enggak, tapi silvy ini memang keterlaluan dan nggak tahu malu ya, gemes deh
BalasHapusMenarik banget, Kak. Keluarganya nggak selamat sih
Hapus