Kata orang, mimpi itu perlu ditulis agar kelak ianya abadi dalam catatan dan ingatan. Saya tidak berpikir ini kalimat serius dari seorang pemimpi anonim yang kalimatnya menjadi kutipan andalan. Terutama disampaikan pada setiap seminar beasiswa di ajang education fair.
Meski tergolong kurang serius, tapi saya juga
masuk dalam bagian orang yang menulis impian dalam ‘buku keramat’. Meskipun
tidak seserius yang saya lihat di media sosial atau blog curcol para pejuang
beasiswa. Bahkan saya baru menyadari tentang catatan itu saat membuka kembali
sebuah buku yang saya namai sebagai kitab keramat.
Mencatat mimpi bagian dari doa [Photo: Pexels] |
Kitab keramat adalah buku biasa seperti kebanyakan
agenda lainnya. Istilah keramat saya lekatkan karena alasan yang sederhana
saja, karena ia saya beli di salah satu toko souvernir Xiamen University dan tercetak tulisan salah satu universitas
bergengsi di China itu.
Pada awalnya saya memang ingin mengisi informasi
tentang beasiswa di sini. Sepulang dari Xiamen pada tahun 2012 silam, saya
semakin bersemangat untuk mencari beasiswa dan mencatat banyak hal di kitab
keramat. Itu rencananya. Pada akhirnya buku ini hanya terisi satu informasi
saja, karena pada bulan-bulan selanjutnya saya lulus di sebuah kampus negeri di
Beijing.
Saya baru sadar beberapa minggu lalu ketika menemukan
kitab keramat ini lagi. Saat membuka buku ini, saya bau sadar sudah menuliskan
mimpi saya di kitab keramat. Itu terkabulkan dan saya baru menyadarinya.
Halaman pertama buku, saya menulis tentang
kurikulum Bahasa Mandarin di kampus Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Pada
halaman selanjutnya saya menulis serba-serbi kuliah di United State dengan judul Berminat
Belajar di AS? Simak Hal Penting Ini!. Dari judulnya saja sudah jelas ini
bukan artikel saya, tetapi ringkasan sebuah artikel dari media daring.
Catatan berisikan ringkasan trik mencari beasiswa. [Photo: Ulfa Khairina] |
Tulisan ketiga berjudul Cara Mengajukan Beasiswa Kuliah di Singapura. Sama seperti catatan
sebelumnya, ini juga ringkasan dari artikel media daring. Catatan keempat
berisi tentang vocubulary dalam
Bahasa Mandarin. Teryata saya cukup serius mempelajari bahasa ini tanpa saya
sadari dulunya. Ada kalimat yang cukup menyentil saya sekarang. Kalimat jitu
untuk memenangkan komunikasi, yaitu zhuni
shengri kuaile (selamat ulang tahun) dan zhuni zhaori kangfu (semoga lekas sembuh).
Catatan kelima cukup mengejutkan karena tulisan Jiangxuejin Guowai (beasiswa luar negeri).
Tentu ini adalah catatan awal penentu sekarang dari saya yang sembilan tahun
lalu. Di sana tertulis School of
International Education dari kampus South of China University of Technology
(SCUT) lengkap dengan jurusan dan email yang bisa dihubungi untuk calon
mahasiswa asing. I just feel... wow! What a grear work for
myself.
Catatan keenam justru tidak ada kaitannya dengan
beasiswa atau informasi kampus luar negeri. Ini informasi tentang penerbit
novel romance, Penerbit Cinta. Ya, karena selain kuliah di luar negeri dengan
status beasiswa saya juga berharap menerbitkan banyak buku fiksi yang bisa
dibaca oleh banyak orang.
Catatan ketujuh dan kedelapan juga sama. Informasi
tentang penerbit Lingkar Pena Publishing House dan Stiletto Books. Catatan
kesembilan ada sesuatu yang saya tidak ingat, karena pada halaman ini dua
halaman yang sudah dihapus dengan tip-ex. Halaman ini berganti dengan 100+ Want To Do & To Get In My Life. Kenyataannya
yang tertulis bukan 100+, tetapi hanya 4 poin saja. Itu pun tidak penuh satu
halaman.
Catatan kesepuluh agak lebih serius. Saya memberi
label Beasiswa dengan judul Dosen Senior Yang Berijazah Doktor dari kampus
IAIN Ar-Raniry, almamater saya yang dulu. Catatan ini terangkum karena untuk
mengajukan beasiswa dibutuhkan dua lembar rekomendasi dari dosen berijazah
doktor dari kampus asal. Maka saya mendatanya dengan serius. Hahaha, seserius ini saya dulu.
Buku keramat dari Xiamen University.
[Photo: Ulfa Khairina]
Catatan kesebelas tulisan KAMPUS DUNIA, ya dengan
tulisan kapital berwarna red rose
pulpen My Gel favorit saya. Lucunya
isinya bukan daftar kampus dunia, hanya dua baris alamat website saja. Satu masterstudies.co.id dan xmu.edu.cn yang merupakan kampus tempat saya
membeli buku keramat ini. memang, sih, sejak saya mengjungi Xiamen University pada September 2012
silam saya jatuh cinta berat pada kampus yang satu ini.
Pada catatan selanjutnya tidak ada judul apapun,
catatan keduabelas ini lebih fokus pada jurusan andalan di sebuah negara. Ada
negara Belanda, Perancis, Jerman dan Italia. Saya masih berkata wow pada diri
sendiri karena bagaimana pun saya pernah punya impian kuliah di negara-negara
Eropa. Ya, saya ingat sekali saat saya mengagung-agungkan Erasmus Mundus, saya juga sempat terseret arus euforia mengajukan beasiswa
tersebut.
Saya pernah menulis Wuhan University di catatan keempatbelas. Lengkap dengan mottonya
kampusnya. Di catatan kelimabelas, ada South
China University of Technology (SCUT). Halaman berikutnya ada Hainan University, Xiamen University, dan
Communication University of China (CUC). Catatan kesembilanbelas justru
tertulis alamat kedutaan besar negara asing di Indonesia. Tujuannya untuk
alamat pengiriman berkas beasiswa saat dibuka.
Itu adalah catatan terakhir sampai saya menyimpan
buku keramat ini di tempat yang tersembunyi. Akhir Juli 2023, saya menemukan
dan membacanya kembali. Tahukah Anda? Salah satu dari kampus yang saya tuliskan
itulah yang memberi saya ijazah untuk gelar S2, Communication University of China (CUC). Inilah awal perjalanan
mimpi saya dimulai.
Awalnya saya sama sekali tidak pernah terpikir
untuk memilih kampus ini. Salah satu dosen saya di kelas pernah berkata agar
tidak sembarangan memilih kampus di luar negeri. Iya, gengsinya memang luar
negeri, tahunya kuliah di ruko dengan fasilitas menyedhkan. Tidak perlu
jauh-jauh melihat ke luar negeri, di Indonesia saja banyak kampus yang seperti
ini.
Catatan tentang CUC. [Photo: Ulfa Khairina] |
Perkataan dosen ini membuat saya sempat down dalam menuliskan mimpi-mimpi saya
di kitab keramat. Bahkan ketika saya dihubungi oleh pihak kedutaan China di
Jakarta, saya terkejut karena lulus di kampus yang sempat saya impikan. Bukan
karena saya sangat menginginkannya, tapi karena salah satu dosen saya
mengatakan model kampus dengan nama seperti itu belajarnya di ruko dan
statusnya tidak jelas.
Saya langsung mencari informasi di Google.
Informasi yang diberikan memang tidak banyak, sampai saya mendapatkan informasi
dari senior saya yang sudah kuliah duluan di Nanchang University. Dia berkata, “Fa, ini kampus bagus.” Lengkap
dengan video dari YouTube yang menunjukkan fasilitas belajarnya. Saya belum
puas dengan informasi itu karena penyampaiannya memakai bahasa mandarin tanpa subtitle.
Saya terus mencari informasi di YouTube sampai menemukan hymne kampus CUC, nian qing de baiyang. Lagu ini terus menerus saya ulang sampai untuk mendoktrin diri dan menumbuhkan rasa cinta. Cara ini cukup berhasil, selanjutnya saya ikhlas masuk ke kampus itu dan bahagia menemukan keajaiban yang di luar pikiran buruk saya.
Segala sesuatu yang kita dengar tidak boleh langsung dipercayai begitu saja. kroscek, lakukan tabayyun. Karena apa yang terdengar belum tentu sama dengan kelihatannya. Bayangkan kalau waktu itu saya langsung menolak, tidak terkira berapa kerugian yang saya alami.
0 Komentar