Bulan Mei baru saja berlalu, tapi bukan berarti apa yang terjadi bulan Mei berlalu begitu saja. Terkhusus untuk yang mengingat Mei dengan tragedi pertikaian etnis dan sejenisnya, ada novel remaja yang enak banget untuk dibaca. Apalagi yang mau ikutan lomba salah satu platform dengan tema mengenang tragedi 1998. Novel ini recommended untuk dijadikan salah satu bacaan.
Blurb
Mei 1998, masa ketika aku genap 21 tahun.
Usia yang matang memang, apalagi untuk memahami kenapa api tiba-tiba datang
membakar harapan dan kebahagiaan. Teriakan dan bau penderitaan itu, aku tak
ingin membahasnya. Namun, satu hal, aku hanya ingin ejarah tak meminta waktu
untuk mengulang kejadian yang sama. Seperti cinta dan rasa sakit.
Tapi, apa yang bisa aku lakukan ketika
waktu punya kuasa penuh untuk menantikan takdir? Saat anakku tiba-tiba menjadi
diriku, mengalami hal yang sama, dan jatuh cinta pada orang yang berbeda
berwarna kulit, mata, dan keyakinannya. Aku tak punya kekuatan. Namun, satu
yang pasti, cerita ini membutuhkan akhir.
Rasisme 98 Di Mata Fe
Novel
ini mengangkat latar tragedi 98, ketika penjarahan yang dilakukan oleh
sekelompok oknum terhadap etnis Tionghoa besar-besaran dan tanpa rasa
kemanusiaan. Penulis mengangkat sosok Fe sebagai tokoh yang mengalami tragedi
itu dan selamat dari amuk massa yang menjarah dan membakar rumahnya.
Penggunaan
sudut pandang orang ketiga, penulis berhasil menceritakan bagaimana kehidupan
Fe dan keluarganya di awal kerusuhan Mei 98 kala itu. Kemudian perjalanan tak
sengaja bersama pemuda bernama Raish. Raish pemuda yang dianggapnya malaikat
pelindung, sekaligus malaikat maut bagi keluarganya.
Kenapa
keluarganya? Karena Raish ini awalnya adalah satu penjarah yang juga masuk ke
dalam rumah Fe. Nyalinya kurang kuat, jadi dia memilih kabur dengan mobil ayah
Fe dan tanpa sadar justru membawa Fe serta di dalamnya.
Selama
perjalanan dan waktu-waktu sulit yang mereka lewati, ada perasaan yang tumbuh
di antara keduanya. Bahkan Christie (anak Fe) juga jatuh cinta pada sosok
pemuda dengan kriteria yang sama dengan Raish. Ini yang dipertentangkan oleh Fe
sebagai ibu dengan masa lalu pilu.
[Photo: Pexels/Kimmi Jun] |
Sebenarnya,
cerita ini hanya fokus kepada Fe dan masa lalunya melalui penggunaan alur
mundur. Perjalanan Fe yang jatuh cinta pada Raish dan gagal dia dapatkan. Ada
rasa cinta yang tumbuh selama perjalanan mencari keluarga Fe. Ada rasa benci
yang menutup pertemuan, juga bayang-bayang masa lalu yang membuat ribet urusan
hati. Sekali lagi, ini bukan soal Christie dan gebetannya.
Di masa
lalu, Fe berjanji akan menemukan lelaki yang dia cintai dengan kompas hati.
Akan tetapi, apakah keduanya kemudian bertemu?
Salah Satu Novel Gagal Move On
Bisa
dikatakan, Dua Masa di Mata Fe adalah
salah satu novel yang membuat saya gagal move on. Ceritanya masih membayang,
interaksi antara Fe dan Raish juga terlalu sweet untuk dihapus dari memori.
Alurnya menarik, nggak lebay. Kisah cinta antara Raish dan Fe nggak perlu kata I Love You, tapi pembaca dibiarkan
merasakan cinta keduanya dari deskripsinya saja.
Sama seperti Kompas, cinta menemukan arahnya sendiri. [Photo: Pexels/Valentine Antonucci] |
Penulis
berhasil menumbuhkan rasa di benak pembaca Dua
Masa di Mata Fe. Sebagai pembaca, saya ikut merasakan kengerian dan
ketegangan ketika mereka melintasi jalur pantura. Ikut tegang ketika penjarahan
di rumah Fe. Ikut sedih ketika Fe harus meninggalkan rumah Raish dan ketika dia
nyaris diperkosa. So far, alam baper
saya bekerja dengan baik selama membaca Dua
Masa di Mata Fe.
Pesan Cinta di Dua Masa di Mata
Fe
Ada
banyak amanat yang saya dapatkan dari membaca novel ini, khususnya terkait
perasaan. Bagaimana cara kita melawan rasa takut dari masa lalu. Lengkap pula
dengan cara move on dan let it go soal perasan. Tidak semua rasa
harus diungkapkan. Cukup dengan menunjukkan saja sudah memberi nilai tersendiri
kepada orang lain.
Cinta
itu bukan sesuatu yang bisa dipaksakan
dengan melihat agama, jenis kulit, bentuk mata, dan kelas sosial. Cinta
akan menemukan jalannya sendiri. Bagian yang paling mengena dari Dua Masa di Mata Fe adalah bagian
tentang penemuan cinta tak sengaja.
Jakarta, latar awal cerita ini. [Photo: Pexels/Alifia Harina] |
Bagi pembaca yang suka melihat cinta antar ras, Dua Masa di Mata Fe sangat recommended. Bagi saya, ini novel bergenre young adult yang nggak eneg bacanya. Ceritanya begitu mengalir dan menggemaskan. Bahkan saya bisa menamatkan hanya dalam sekali duduk karena gaya bertutur si penulis yang renyah. Semakin dinikmati, semakin susah move on ke lain novel. Takut nggak seasyik novel Dua Masa di Mata Fe.
By the way, novel ini saya beli dengan harga yang sangat murah banget di Toko Buku Binta. Tokonya bisa cek di Facebook. Novel Dua Masa di Mata Fe ini mungkin juga terjual di Shopee, kok. Bisa juga langsung ke Moka Media di toko orens. Saat artikel ini ditulis, saya sempat ngecek toko orens untuk gambar Dua Masa di Mata Fe. Ternyata masih ada kok toko orens yang menjual novel ini.
0 Komentar