Kemanapun kaki melangkah, dimanapun langit dijunjung, percaya atau tidak masakan keluarga tetap di hati. Bagaimana tidak? Sehebat apapun makanan resto bintang lima disajikan ke hadapan kita, palingan enak difoto dan dipajang di medsos. Kalau sudah terlalu sering, kebanggaan makanan karya chef kelas michelin pun lewat. Masakan rumahan tetap menjadi selera utama.
Hal
ini sudah pernah saya rasakan bertahun-tahun. Bermula dari sering keluar dari
rumah untuk mengikuti berbagai event, karantina sebelum lomba di hotel dengan
makanan estetik, sampai makanan mahal yang dulunya selalu ingin dicoba. Pada
akhirnya, semua jenis makanan yang pernah masuk ke dalam bucket list harus disingkirkan jauh karena rindu masakan rumah.
Terutama masakan ibu.
[Photo: Pexels] |
Indonesia
memiliki beragam rasa kuliner nusantara. Dari Sabang sampai Merauke berjajar
jenis rempah dan olahan yang beraneka ragam. Ribuan jenis hidangan tentu tak
habis dicicipi seumur hidup. Jika dipersempit sesuai dengan daerah, Aceh juga
memiliki ratusan jenis hidangan lokal yang beragam. Lain kabupaten, lain pula
olahannya. Ada yang sama nama, tapi beda jenis makanan dan cara mengolahnya.
Ada
pula yang namanya sama, jenis makanannya sama, tetapi penyajian dan kekhasannya
beda. Misalnya saja, kuah beulangong dari
Aceh Besar dan Aceh Barat. Keduanya memang sama-sama kuah beulangong, cara memasak dan nilai budaya yang dikandung juga
sama, tapi tampilan dan rasanya jauh berbeda.
Kuah beulangong Aceh
Besar warnanya dominan abu-abu, sedangkan Aceh Barat kuning keemasan. Berbicara
soal rasa, itu soal selera. Secara pribadi saya lebih menyukai kuah beulangong yang disajikan di Aceh
Besar. Rasanya nagih dan terlom-lom (mau
lagi dan lagi).
Ada
pula yang sama nama beda bentuk seperti pengat
dari Aceh Besar dan Aceh Tengah. Di Aceh Besar, pengat adalah olahan kuah pisang santan yang disajikan dengan
ketan. Biasanya menjadi cemilan saat hajatan. Sedangkan pengat di Aceh Tengah adalah olahan ikan mujahir yang dimasak
dengan cara berbeda dari masakan Aceh kebanyakan. Jika masakan Aceh kebanyakan
menggunakan asam sunti dan ditumis, pengat
tidak menggunakan asam sunti. Sebagai gantinya, pengat menggunakan tomat dan
tambahan bumbu aromatik lainnya seperti andaliman (merica batak) dan daun
gegarang.
Saya
termasuk orang yang berkelana lintas kabupaten karena lahir di Pidie, besar di
Takengon, kuliah di Banda Aceh, menikah ke Aceh Besar, dan berkarir di Aceh
Barat. Berbagai jenis kuliner di Aceh memiliki kesamaan nama beda rasa atau
sama bentuk beda rasa. Hal yang tetap saya rindukan adalah masakan Mamak saya
yang memilih menetap di Takengon, Aceh Tengah.
Sebagai
orang Aceh, Mamak tetap memasak dengan cara Aceh. Sebagai orang yang tinggal di
Takengon dan kehidupannya sudah menyatu dengan kearifan lokal di Aceh Tengah,
masakan Gayo menjadi salah satu kuliner keluarga kami. Dua jenis kuliner
keluarga yang tetap melekat di hati sampai saya merantau ke negeri China adalah
asam udeung dan cecah terong angur. Keduanya adalah menu yang tidak akan mati dalam
ingatan saya sebagai perantau.
Di
kota-kota besar seperti Jakarta, asam
udeung kerap disediakan sebagai menu utama di rumah-rumah makan Aceh. Asam udeung juga disebut dengan sebutan
sambal ganja, karena rasanya yang membuat ketagihan dan seperti ada zat adiktif
yang membuat penikmatnya tidak berhenti makan. Harga satu porsinya juga
lumayan, padahal cara membuat dan bahannya sangat ramah untuk semua kalangan.
Begitupun
dengan cecah terong angur. Terong angur ini
adalah sebutan orang-orang Gayo untuk buah terong Belanda. Di dataran tinggi
Aceh Tengah, terong Belanda termasuk tumbuhan yang gampang tumbuh, bahkan
tumbuh secara liar di antara tanaman kopi. Pohonnya bisa setinggi kepala orang
dewasa, daunnya lebar, dan buahnya bergantungan di cabang yang memayung.
Umumnya
masyarakat Gayo menyajikan cecah terong
angur sebagai lauk untuk makan siang di kebun. Berdampingan dengan pucuk
labu jipang (labu siam) rebus dan nasi panas, cecah terong angur siap santap menambah energi. Sifat nagihnya sama
dengan asam udeung yang kerap orang Aceh nikmati juga dengan nasi
panas ini.
Kedua
kuliner lokal rumahan ini sama-sama tidak mengenal tanggal, lho. Meskipun
penampakannya untuk akhir bulan, ia menu yang nikmat juga disantap di awal
bulan. Apalagi kalau menikmatinya di resto kota-kota besar. Dari gratisan kalau
di daerah, jadi mevvah banget kalau sudah masuk resto. Cara membuatnya pun
mudah sekali, bahkan sebagai anak Aceh yang setia dengan masakan rumah saya
tidak malu mengulek kedua kuliner ini ketika berada di rantau.
Resep Asam Udeung Ala
Oliverial
Bahan:
300
gram udang, rebus dan kupas kulitnya
7-8
buah belimbing wuluh besar, potong-potong
Cabe
rawit sesuai selera
6
lembar daun jeruk purut
1-2
batang serai, diiris
5
buah bawang merah (dirajang)
Garam
secukupnya
Cara
Membuat:
Campurkan
semua bahan dalam ulekan. Ulek semua bahan satu persatu. Jangan sampai halus,
ya. Kasar-kasar saja, agar sensasi saat makan terasa nagihnya.
Asam udeung atau sambal ganja.
[Photo: IDN Times]
Resep Cecah Terong
Angur Ala Oliverial
Bahan:
4-5
buah terong belanda, kupas kulitnya dan potong-potong
2
buah terasi cap udang, bakar atau goreng
Cabe
rawit sesuai selera
Andaliman
sesuai selera
Cara
Membuat:
Masukkan
semua bahan dalam ulekan. Ulek semua bahan sampai halus, kecuali andaliman. Biarkan
kasar dan beberapa yang masih utuh.
Cecah terong angur
[Photo: Tribun Gayo]
Kedua
jenis sambal ini bisa dinikmati kapan saja tanpa harus lihat kalender, guys. Nggak
perlu menunggu akhir bulan karena bahannya sangat sederhana dan terkesan untuk
kondisi dompet sedang kering. Kuliner lokal ini paling enak dinikmati dengan
nasi hangat kapan saja dan dimana saja. jika merujuk pada masyarakat lokal asal
kuliner ini, mereka dinikmati di saat-saat sedang kerja keras dan butuh asupan
makan yang banyak. Seperti cecah terong
angur yang kerap dimakan sebagai menu ke kebun. Asam udeung yang dinikmati juga ketika beraktivitas di daerah
pesisir (melaut), bersawah, berladang, atau saat selera makan lagi jeblok-jebloknya.
Kedua
kuliner ini favorit banget di rumah kami. Ketika pulang dari rantau, rasanya
belum sah pulang ke rumah kalau belum makan nasi putih panas dengan cecah terong angur dan asam udeung ini.
0 Komentar