Kata orang, Aceh merupakan satu dari sekian banyak kota yang menawarkan kuliner halal di Indonesia. Kalau di timur Indonesia terkenal beragam tempat kulineran iga dari daging yang haram bagi umat muslim, di Aceh sebaliknya. Kulineran daging halal jelas lebih nyaman. Tentu saja, berbicara Aceh artinya berbicara tentang tentang hampir 58 ribu kilometer lautan dan daratan. Bukan di Banda Aceh saja.
Bagaimana
dengan di Aceh Barat? Di tengah-tengah merebaknya cafe instagramable dan
makanan branded, ada tempat ngunyah
yang tersembunyi di Aceh Barat. Mungkin tidak terkenal seperti kebanyakan
cafe-cafe keren dan makanan branded
di Kota Tasawuf ini. Akan tetapi keberadaannya sudah terdeteksi oleh Google
Maps, lho.
Masjid Agung di Aceh Barat [Photo: Search By Google] |
Bermula
dari beberapa teman yang memposting mie so dengan iga yang besar-besar di media
sosial, saya pun berpikir bahwa para teman sedang menghadiri syukuran di sebuah
kampung. Maklum saja, latar yang diposting itu bukanlah tempat-tempat keren
seperti kebanyakan orang eksis di sosial media. Gambarannya sangat tradisional
seperti kebanyakan perkampungan pada umumnya.
Saya
tidak tertarik untuk bertanya ataupun mencari tahu jenis khanduri (kenduri) apa sampai menghidangkan mi so iga. Namun ajakan
seorang teman untuk makan mi so iga di tempat Kak Pek menyentil jiwa petualangan
selera juga. Apalagi waktu itu saya sedang hamil enam bulan, urusan makan
pantang terdengar di indera pendengar.
Ikuti Google Maps
Perjalanan
menuju Mi Kak Pek pun tidak sulit. Bukan saja cafe-cafe kekinian yang bisa
ditemukan di Google Maps. Mi Kak Pek pun tersedia di Google Maps. Kita cukup
mengikuti petunjuk di Google Maps saja untuk menuju ke sana. Dari lokasi saya
tinggal, Google Maps mengarahkan perjalanan melewati desa Ujong Tanoh Darat,
Alpen. Dari sana hanya tinggal mengikuti saja ke tempat yang ditandai merah
oleh Google.
Tangkap Layar Lokasi Mi Kak Pek |
Mi
Kak Pek berlokasi di desa Ranub Dong, kecamatan Meureubo, Aceh Barat. Dari arah
kota masuk bisa masuk jalan sebelah kiri lewat MIN No. 10 Aceh Barat. Jalan
kedua setelah Indomaret Meurebo. Tepatnya jalan ke terminal induk. Ikuti jalan
aspal lurus sampai melewati perumahan Griya Mahoni 1 Ranto Panyang. Sampai di
simpang empat, ada tanda jalan yang tertulis desa Ranub Dong di sebelah kiri.
Belok kiri, tidak jauh dari simpang akan bertemu dengan masjid di sebalah
kanan. Mi Kak Pek berlokasi di sebelah kiri, bersebarangan dengan masjid.
Bermodal
informasi dari Google Maps, kami pernah bertanya pada penduduk di sekitar yang
kami temui. Ada yang menggeleng saat ditanyai Mi Kak Pek, ada yang kebingungan.
Saya
mengubah pertanyaan dengan kalimat, “dimana ada jual mi yang ada tulangnya?
Kata orang namanya Kak Pek.”
Orang
yang saya tanyai kebetulan seorang remaja akhir. Dia langsung ngeh kalau yang
dimaksud adalah penjual mi yang sedang naik daun di media sosial. Dia lantas
menjawab dan menunjuk lokasi Kak Pek berjualan, “oh, Kak Upik, ya.”
Meski
sudah di depan masjid, kami masih ragu untuk masuk. Selain kedai mi ini tidak
ada pamplet yang menandai, tidak ada pula bangku-bangku yang tersedia memenuhi
di depan rumah. Hanya ada rumah biasa dengan dapur kayu yang dipindahkan ke
teras rumah. Asap mengepul menguarkan aroma daging dan rempah.
Keyakinan
kami bertambah ketika melihat banyak sepeda motor yang terparkir di samping
rumah dan di jalan. Kami masuk dan langsung disajikan pemandangan cara masak tradisional
dengan meja kayu panjang yang sudah ditempati beberapa orang. Mereka sedang
melahap mi so panas yang aromanya menguji niat diet.
Kedai Nek Tu Ala
Dapur Nek Tu
Hal
pertama yang saya simpulkan begitu duduk di bangku kayu panjang itu adalah
dapur nek tu (datu) di kampung
halaman Aceh bagian pesisir lain. Dapur kayu, asap mengepul, aroma asap. Begitu
pula yang terjadi dan terlihat di kedai mi Kak Pek alias Kak Upik.
Kak
Upik bekerja dengan setelan daster. Masak ala rumahan dengan gerakan yang
sangat ligat. Dia menghidang mi, membuatkan teh, dan sesekali mendorong kayu
bakar pada tunggu api di sudut kedai. Beberapa cambung bergambar ayam dengan mi
diisi dengan kuah mi sop. Satu persatu menuju tuan yang memesannya.
Kami
menunggu agak lama karena pengunjung lain sudah lebih dulu datang. Kak Upik
bekerja sendiri mulai dari memasak, menyiapkan hidangan, sampai mengantar
kepada para pengunjung. Kak Upik berkata, dia sudah menjual mi so ini sebelum
tsunami menyapu pesisir Aceh. Termasuk Aceh Barat yang termasuk area paling
parah pada tahun 2004.
Selain
makan di tempat, banyak pengunjung yang membeli untuk dibawa pulang. Biasanya
para pembeli juga tidak berlama-lama di kedai Mi Kak Upik. Selain banyak
pengunjung lain, kedai Mi Kak Upik memang tidak dikonsep untuk tempat
nongkrong, tetapi tempat makan.
Di
kedai ini, Kak Upik juga menjual jajanan bocah yang seharga lima ratus sampai
tiga ribuan. Ada kacang-kacangan kemesan pabrik yang bisa dicampur ke dalam mi
so. Ada juga kerupuk seharga seribuan yang juga menambah kenikmatan ngunyah mi
so iga.
Murah Meriah Dan
Super Kenyang
Kami
memesan dua porsi mi so dan satu iga untuk makan di tempat. Teman saya juga
membungkus untuk bawa pulang untuk keluarga dua porsi. Kami juga menikmati
jajanan tak kalah banyaknya. Lengkap dengan minuman coklat Milo ukuran kecil masing-masing
satu kotak.
Tentu
saja bayangan kami akan jebol mencapai seratusan ribuan. Ketika Kak Upik
menekan kalkulatornya dan berkata, “empat puluh enam ribu,” kami terkejut.
Kami
bahkan mengulang pertanyaan, “berapa? Semuanya.” Kak Upik masih menjawab total
yang sama. Sekenyang ini, sebanyak itu, tidak sampai lima puluh ribu rupiah.
Mi
Kak Upik ini benar-benar solusi makan berat dengan kondisi kantong tipis di
akhir bulan. Murah, meriah, dan membuat kenyang. Bahkan kenyang yang sehat. Mi
so yang ditawarkan oleh Kak Upik tidak banyak menggunakan penyedap. Rasa umami
yang terasa berasal dari rempah yang dimasukkan dalam kuah sop dan iga daging
kerbau.
Cuka
yang biasa menjadi tambahan rasa pada hidangan mi juga digantikan dengan perasan
jeruk nipis yang diisi dalam botol-botol cuka. Ada cabe rawit halus yang sudah
disediakan untuk para pecinta pedas. Tentu saja, saus dan kecap juga tersedia
sebagai penambah warna warni rasa.
0 Komentar