Purnama Malam Ganjil adalah novel bergenre thriller yang tayang di platform baca Cabaca. Novel ini saya tulis pada awal tahun 2021 setelah novel pertama saya di Cabaca tamat. Waktu itu saya ingin mengikuti jejak buku pertama dengan menulis genre roman Islami, tapi beberapa premis yang saya ajukan tidak ditindaklanjuti. Editornya ingin membaca roman Islami dengan setting Turki. Saat itu ada Mellyana Dhian yang menulis Aisfa dan beberapa penulis roman Islami lain yang mampu berhalu dengan Turki.
Kebetulan
saya minim data tentang Turki. Ditambah lagi saya belum ada ketertarikan untuk
menulis Turki, jadi saya mundur teratur untuk genre roman Islami. Saya
mengajukan premis lain. Sebenarnya mencoba peruntungan dengan genre horor.
Padahal saya tahu betul genre horor di Cabaca tidak seindah di platform sebelah.
[Photo: Pexels] |
Tidak
disangka Purnama Malam Ganjil malah
disetujui oleh editornya. Dia bilang menarik jika kisah itu dikemas dengan
urban legend. Awalnya memang ingin menulis urban legend, tapi nggak tahu
mengapa akhirnya putar arah menjadi thriller horror.
Sampai
saat saya menulis tulisan ini, Purnama
Malam Ganjil yang berjumlah 39 bab mendapat rating 3,9 bintang di Cabaca.
Pembacanya empat ribuan. Komentarnya beragam. Bahkan ada yang mengirim WA minta
dibuatkan spin off atau sekuel dari Purnama Malam Ganjil. Ada pula yang
meminta lanjutan Purnama Malam Ganjil
yang musim kedua. Wah, untuk ini saya belum terpikirkan. Kalau sekuel atau spin off mungkin saja bisa
dipertimbangkan. Ada porsi Wirda, Arya, Mia, dan Kanaya yang sedang saya
siapkan meski proses menulisnya lumayan mangkrak.
Purnama Malam Ganjil
berkisah tentang mahasiswa Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM). Program ini sama
dengan KKN, hanya berbeda nama saja. Banyak yang berpikir sama dengan kisah KKN Di Desa Penari yang sempat viral dan
sudah difilmkan. Sebenarnya sama sekali tidak sama dan saya juga tidak
terinspirasi dari sana.
Tangkap layar dari halaman resmi cabaca.id |
Purnama Malam Ganjil
adalah draft yang sudah lama membeku di laptop dan pikiran saya. Satu dekade
lamanya sejak pulang dari KPM di Aceh Singkil, novel ini sudah mulai saya tulis
dengan berbagai sudut pandang. Namun tidak pernah terealisasikan dengan hasil
selesai apalagi diterbitkan.
Kenapa
pada akhirnya memilih KKN? Karena ada hal menarik di sana yang masih menyangkut
di dalam pikiran. Sebelumnya ada karya jurnalistik features yang saya tulis
dengan judul Singkil, Wilayah Tiga Iman.
Ini juga menceritakan tentang Singkil. Berpijak pada features ini, akhirnya
saya memberanikan diri untuk melanjutkan penulisan Purnama Malam Ganjil.
Inti
yang ingin diceritakan di sana soal beratnya hidup berdampingan dengan budaya
dan kearifan lokal yang berbeda. Meskipun dalam cerita Purnama Malam Ganjil ada fakta dan fiksi. Terutama soal tokoh utama
lelaki yang bernama Arya Wijawi. Dia memang tokoh rekaan untuk mempermanis
cerita. Bagaimanapun selama KKN atau riset berlangsung saya tidak bersentuhan
langsung dengan tokoh yang akhirnya dinamai Arya Wijawi ini. Bagian fiksi dan
fakta akan saya bahas pada part selanjutnya.
Banyak
alasan yang menyebabkan novel ini tertunda penulisan dan penerbitannya. Tiga di
antara alasan yang paling penting saya rangkum sebagai berikut.
Tidak Ada Keberanian
Memulai
Ini
yang paling utama. Saya tidak berani memulai dari sudut manapun. Cerita ini
masih berkaitan dengan orang banyak. Penggambaran tokohnya juga ada yang sama
persis tanpa mengubah nama. Ada pula yang sudah mengubah nama, tapi karakternya
sama. Belum lagi bagian horornya juga membuat saya tidak bisa tidur. Sedangkan
kesempatan saya menulis itu selalu datang tengah malam. Bergadang setelah anak
tidur atau setelah kerjaan selesai.
[Photo: Pexels] |
Takut Menguak Luka
Lama Para ‘Korban’
Di
dalam cerita Purnama Malam Ganjil ada
kisah yang mendapat teluh kiriman. Ini nyata dan dikhawatirkan akan berdampak
negatif kalau saya tuliskan. Para korban yang pernah kena dan sudah sembuh bisa
jadi teringat kembali pada kisah mereka semasa KPM. Ini akan mengulang luka
lama.
Menghindari Konflik
Dengan Tokoh Di Dunia Nyata
Beberapa
tokoh yang sudah muncul di cerita mungkin akan mengenali karakternya ketika
membaca. Kita tidak pernah tahu tulisan kita akan berjodoh dengan siapa, kan?
Jadi, saya menghindari konflik di dunia nyata dengan menunda penulisannya
sampai saya benar-benar siap.
Berbicara
tentang kesiapan. Saat saya mengajukan premis ke editor Cabaca, saya sudah siap
dengan cerita ini. Maka tanpa ragu lagi saya mengajukan dan siap melanjutkan
ketika di terima. Alhamdulillah, ternyata diterima. Sekarang Purnama Malam Ganjil sudah selesai dan
TAMAT. Tidak perlu menunggu hari Senin untuk bisa membaca Purnama Malam Ganjil di Cabaca. Persiapkan saja kerangnya untuk
bisa baca gratis tanpa top up kerang.
0 Komentar