Drama asal China yang tayang di Iqiyi pada tahun 2021 ini memang banyak yang menguras kuota. Selain menyebabkan kecanduan dan tidak bisa move on dari episode ke episode, sebagian besarnya memang sangat bagus. Terutama drama yang diadaptasi dari novel-novel populer di China sana.
Salah
satu drama yang mengambil hati penonton di bulan Agustus 2021 adalah One and Only. Drama ini merupakan
adaptasi dari novel berjudul Yi Sheng Yi
Shi Mei Ren Gu atau One Life, One
Incarnation-Bautiful Bones. Drama ini juga dikenal dengan judul Kenangan Chang’an yang diperankan oleh
aktor dan aktris kawakan China, Bailu dan Allen Ren.
Drama
yang diadaptasi dari novel karangan Mo Bao Fei Bao ini mendapat rating 9,7
hingga pada akhir September 2021. Tentunya dengan rating sebaik itu, bisa
ditebak jika peminat dan penontonnya cukup puas dengan kisah yang ditawarkan.
Etika di atas ilmu, salah satu nilai moral dari drama One and Only. [Photo: Pinterest] |
Bagi
saya, setidaknya ada 5 (lima) pelajaran moral yang dapat dipetik dari drama
berjudul One and Only ini. Kelimanya
sangat berkesan dari awal menonton sampai menyelesaikan 24 episode.
[1] Bahaya Kelas Sosial
Drama
historical fiction memang selalu
menceritakan status sosial yang terjadi di masa lalu. Bukan saja antara rakyat
biasa dengan para bangsawan, bahkan di dalam kerajaan pun terbentuk kelas
sosial. Sesama menteri dan penasehat kerajaan juga memiliki kelas sosial.
One and Only
berporos pada kisah Zhou Shengchen dan Cui Shi Yi yang jelas-jelas memiliki
status sosial yang tinggi di masyarakat. Cui Shi Yi gadis dari keluarga
terhormat, terpelajar, dan memiliki hubungan politik di kekaisaran. Zhou
Shengchen kurang apa? Dia adalah pangeran dan adik raja. Jika kondisi politik
negeri kacau, maka dia punya hak naik takhta.
Apa
yang dilakukan oleh Zhou Shengchen justru bertolak belakang dengan apa yang
kebanyakan bangsawan lakukan. Ketika semua bangsawan berebut mempertahankan
status, Zhou Shengchen justru menghapus status tersebut dengan sikapnya yang
sangat merakyat. Dia tidak menempatkan diri lebih tinggi dari para jenderal di
kediamannya. Inilah yang menyebabkan dia dicintai oleh rakyat, mendapat rasa
hormat lebih besar, dan kasih sayang berlimpah.
[2] Etika di Atas Ilmu
Prinsip
ini jelas sekali ditunjukkan oleh penulis melalui karakter Cui Sh Yi dan Zhou
Shengchen. Keduanya adalah orang-orang cerdas yang memiliki karakter luar
biasa. Namun keduanya tidak sombong serta bersikap sangat santun terhadap
sesama. Hanya cara mereka menyampaikan sesuatu menunjukkan bahwa mereka adalah
para cendikia yang luar biasa.
Di
episode lain saat Zhou Shengchen dan Cui Shi Yi tertawan di Akademi Longkan pun
demikian. Akademi Longkan hanya dimasuki oleh pelajar pria. Mereka semua sangat
menjaga etika berhadapan dengan Cui Shi Yi. Bukan karena dia dianggap wangfei (istri pangeran), karena pada
awalnya tidak ada yang tahu status Cui Shiyi dan Zhou Shengchen.
Di
sini penulis cerita ingin menunjukkan pada dunia bahwa orang-orang China sangat
menghormati guru mereka. Kecerdasan mereka bukan saja berbicara soal genetik
yang terkenal bahwa orang Asia Timur cerdas, tapi karena ajaran etika memang
mereka terapkan secara mendalam.
[3] Kasih Ibu Tidak
Terganti
Tidak
banyak adegan yang menampilkan hubungan ibu dan anak di drama One and Only. Namun sedikit yang
ditampilkan, banyak sekali nilai moral yang didapatkan. Contohnya saja ketika kondisi
di istana sedang panas dengan kematian kaisar dan terjadi pemilihan kaisar
baru. Ibu Cui Shi Yi meminta Zhou Shengchen untuk menerima anaknya menjadi
murid binaan Zhou Shengchen. Tujuannya agar Cui Shi Yi terbebas dari masalah
politik dan tidak dilibatkan dalam politik istana terlalu cepat. Padahal saat
itu status Cui Shi Yi sedang adalah tunangan putra mahkota, Liu Zixing.
Pertunangan
Cui Shi Yi pernah dibatalkan, kemudian Liu Zixing meminta kembali Cui Shi Yi
untuk menjadi istrinya. Ibu Cui Shi Yi merasa berat hati, tapi urusan politik
dan kekuatan marga Cui sangat dipertruhkan. Meskipun berat hati, ibu Cui Shi Yi
juga menjemput anaknya untuk masuk ke istana. Sebelum masuk ke istana, Cui Shi
Yi mengungkapkan perasaannya kepada sang ibu. Dia memohon agar diberi waktu
tiga hari untuk berpisah dengan saudara seperguruan. Padahal alasan sebenarnya
dia ingin lebih lama dengan Zhou Shengchen.
Ibu
Cui Shi Yi memiliki hak untuk melarang putrinya berlama-lama demi menghindari
rumor negatif. Akan tetapi, Cui Shi Yi tetap diberi izin tinggal satu hari
untuk perpisahan dengan sang guru.
Momen
yang paling menyesakkan dada justru di bagian akhir cerita. Demi menjaga hati
anaknya yang ditinggal mati Zhou Shengchen, dia mempertaruhkan nyawa untuk
masuk ke dalam istana dan bertemu anaknya. Kemudian dia melepaskan posisi
sebagai ketua marga Cui serta bersiap untuk dipenggal asal Cui Shi Yi bisa
kabur dari istana. Namun Cui Shi Yi memilih bunuh diri dengan cara melompat
dari menara daripada harus mengorbankan ibunya dan ribuan warga yang akan
menjadi korban keegosiannya.
[4] Tidak Ada Kejahatan
Abadi
Tidak
ada kejahatan yang abadi, kebenaran tetap akan terungkap dan kekalahan akan
ditanggung oleh pelakunya. Konsep ini memang berlaku untuk setiap kisah baik
buruk, ya. Sama seperti di drama One and
Only yang mengusung kejahatan memimpin alur cerita sejak awal.
Ibu
Ratu yang kejam dan semena-mena akhirnya mati ditenggelamkan di sungai dan
dijadikan makanan ikan. Salah satu pengikut Zhou Shengchen yang masuk ke istana
dan berkhianat juga mati dipenggal oleh Hong Xiaoyu. Kejahatan demi kejahatan
yang dibuat akhirnya ketahuan dan berakhir dengan sadis.
Adegan
yang paling membekas adalah ketika Yangshao, seorang jenderal yang pernah
dibantu oleh Cui Shi Yi sempat membuat penonton bertanya-tanya. Sebenarnya dia
berpihak kepada siapa. Ada kalanya dia baik, seringnya dia di kubu musuh. Dia
termasuk di kubu Jin Rong, menjadi saksi hidup hukuman pelepasan tulang Zhou Shengchen.
Jin
Rong yang menjadi dalang kekacauan dalam istana penyebab kematian Zhou
Shengchen juga mati di tangan orang kepercayaannya. Yangshou yang pernah diampunkan
kesalahan oleh Zhou Shengchen membalas dendam pada Jin Rong. Dia membunuh Jin
Rong di kuil Baisma saat pangeran dari kaisar Dinglong lahir.
[5] Hak Akan Kembali ke
Pemiliknya
Hal
paling jelas dari drama One and Only
ini adalah perebutan kekuasaan. Intrik di dalam istana menunjukkan bagaimana para
pejabat yang haus kekuasaan akan melakukan apa saja demi kepentingannya. Mereka
menginginkan kaisar yang bisa diatur seenaknya. Kemudian membunuh orang-orang
yang berseberangan.
Putra
mahkota yang tidak memiliki kekuasaan dan harus berpuas dengan hinaan di dalam
istana juga menjadi bagian dari perebutan kekuasaan. Kesedihan dan
ketidakberdayaannya dimanfaatkan oleh Jin Rong begitu kaisar mangkat. Tujuannya
hanya untuk membuat anaknya tetap menjadi permaisuri di istana.
Jika
memang bukan hak, selamanya bukan hak. Selalu ada cara untuk terlepas. Liu
Zixing yang usianya sudah diprediksikan singkat harus turun tahta lebih awal
karena sakit. Sakitnya bertambah sejak Cui Shi Yi melompat dari menara. Cui Shi
Yi pun bukan milik Liu Zixing lagi, jadi dia memang tidak berhak mendampingi
Cui Shi Yi.
0 Komentar