Libur telah tiba
Hore
hore!
Mungkin, inilah kebanyakan isi hati para mahasiswa yang menunggu hari libur semester. Sudah terlalu banyak rencana yang diatur bersama teman sekelas. Ada yang langsung cus pulang kampung bagi anak rantau. Ada yang membuat hidup ala ala anak rantau dengan menikmati tabungan selama satu semester. Liburan ke luar negeri.
Sambil memeriksa tugas mahasiswa, bolehlah nyambi ngopi dan baca novel bagus. [Photo: Ulfa Khairina] |
Wew! Asyik teunan.
Bagaimana dengan kami para tenaga pengajar? Dengan sangat bahagia kami mengumumkan bahwa sedang berada di ambang batas kesabaran. Mengecek tugas final, memeriksa tugas dan absensi kehadiran. Baik yang berupa field visit ataupun Attendence serta tugas pendamping yang membuat saya dikutuk sebagai dosen mereka.
Saat menulis ini, saya juga sedang menghindari suara ketang keting notifikasi ponsel. Ada beberapa pesan yang masuk ke nomor Whatapps. Dari siapa lagi kalau bukan mahasiswa. Mereka menanyakan kepada saya, apakah tugas final yang mereka kirimkan sudah saya terima atau belum. Bahkan tidak jarang yang berargumen jika tugas tersebut dikirimkan telat karena masalah jaringan internet yang tidak baik.
Entah kemana dia dan fokusnya berada ketika berulang kali di kelas saya mengatakan, "Saya tidak terima alasan apapun. Termasuk email error, jaringan internet, serta antek-anteknya. Proyek final ini sudah saya umumkan dari pertemuan pertama masuk kuliah dan saya ingatkan terus menerus di grup. Kalian harus membaca dan jeli. Jangan tanya saya di akhir. Kalian boleh tanya sekarang. Perlahan-lahan, cicil lah mengerjakan tugas setiap minggunya."
Jawaban yang saya terima hanya kata koor, "Ya, bu!"
Nah, mana buktinya? Saya dibuat pusing dengan berbagai macam pertanyaan itu-itu saja. Sialnya, yang bertanya bukanlah mahasiswa yang vokal di kelas. Bahkan ketika dia memperkenalkan namanya di WA, saya tidak bisa membayangkan orangnya yang mana dan duduk di bagian mana serta bagaimana karakternya. Sungguh mahasiswa yang unik.
Pada dasarnya, mereka yang sibuk ketang keting saya juga sedang berusaha. Mereka memohon agar nilainya bagus sehingga tidak mengulang pada semester depan. Sayangnya, saya tidak sebaik itu. Muncul di akhir tanpa menunjukkan batang hidung selama masa perkuliahan bukanlah prioritas saya.
Fakta yang paling nyata adalah mendongkrak nilai mereka. Penuh pertimbangan dan sangat menekan batin. Ada yang nilainya pas-pasan, rasanya kasihan jika dibiarkan dengan nilai asli menari-nari di KHS-nya. Mana tahu hanya MK saya yang jelek. MK lain cantik bak Syahrini. Pertimbangan yang sulit.
Lebih sulit lagi ketika membayangkan ada beberapa mahasiswa yang nilainya sudah sangat bagus dengan usahanya di kelas, tugas, dan hasil akhir. They deserve the best. Tapi, karena nilai dongkrak untuk beberapa orang membuat posisi mereka yang kurang berusaha sama dengan yang hard work. Ketidakadilan terjadi.
Penuh pertimbangan. Ini adalah dilema paling akut bagi para dosen yang hobi bergadang saat para mahasiswanya sedang asyik liburan di tempat yang instagramable. Ditambah lagi ada acara poto-poto pake kamera besar.
Dilema lagi saat para dosen sedang berpikir bagaimana mendogkrak nilai tanpa menyakiti siapapun, ketika nilai keluar di luar ekspektasi mereka, dengan savagenya mereka mengirim WA dengan kata-kata yang ehm, sedikit menggores hati. Rasanya ingin bilang, "Hello, do you think you are good enough to be the best?"
Anyway, apapun ceritanya, setiap semester saya mendapat pelajaran baru. Terima kasih atas pelajaran berharga setiap semesternya. Dari setiap mahasiswa yang saya dongkrak, saya belajar keikhlasan dan ketulusan. Dari mahasiswa yang pekerja keras, saya belajar keseriusan. Yach, dengan keberadaan gard working student, saya termotivasi untuk menyiapkan materi sebagus mungkin.
0 Komentar