Riwayat traveling dalam Islam tidak lepas dari
seorang tokoh bernama Ibnu Batutah. Ia adalah seorang pemuda asal Maroko yang
melakukan perjalanan keliling dunia, membagi inspirasi dan kerap disebut-sebut
ketika membahasa soal melakukan perjalanan dan kaitannya dalam Islam.
Ibnu Batutah
melakukan perjalanan pertamanya ke tanah suci bersama rombongan asal Maroko.
Kemudian ia tidak pulang ke negerinya, ia melanjutkan perjalanannya
mengelilingi dunia termasuk ke Aceh. Ia adalah saksi yang melihat kejayaan
kerajaan Islam terbesar di Asia Teggara, yaitu kerajaan Samudera Pasai. Semua
kisah perjalanannya dicatat dalam buku hariannya.
Menurut saya, travel journalism yang populer pada masa
sekarang ini tidak lain dipelopori oleh Ibnu Batutah. Bukan para cendikiawan
dan jurnalis asal Paman Syam yang selama ini kita puja puji.
Sebagai orang yang
hidup di jaman modern, banyak sekali cara yang bisa dilakukan untuk meniru Ibnu
Batutah. Caranya saja yang lebih kontemporer. Kita tidak lagi menggunakan papirus sebagai media menulis. Di era
digital, kita bisa menggunakan media sosial. Meskipun pada akhirnya akan
terkesan pamer. Banyak travel blogger
yang memanfaatkan platform blog
gratis atau berbayar untuk berbagi pengalaman berliburnya, merekomendasikan
tempat-tempat asyik ataupun sekedar berbagi foto. Hal yang sama sebenarnya bisa
kita lakukan juga. Misal seperti menulis dan berbagi foto di Instagram,
kemudian menulis caption panjang.
Kita nggak
jalan-jalan ke luar negeri, mau nulis apa?
Nah, umumnya para travel blogger sekarang memang mainstream. Wilayah yang dibahas hanya
wilayah luar negeri. Jarang sekali membahas spot wisata sekitar kita yang tidak
kalah menariknya. Kemanapun kaki melangkah, selama sudah mendapatkan hikmah dan
tempat itu baru bagi kita, kita sudah melakukan perjalanan.
Hal inilah yang selama ini kita abaikan. Meniru Ibnu Batutah, mari menulis tentang perjalanan kita walaupun hanya satu paragraf.
0 Komentar