Sejarah
kehidupan saya mencatat pada tanggal 28 Juni 2016 bahwa Communication University of China telah mewisuda saya. Gelas
magister bidang International Journalism
tertulis besar di ijazah dan titel Master of Arts (MA) akan menyandang di tiap
nama dengan gelar akademik. Itulah saya yang baru; Ulfa Khairina, S.Sos.I, MA.
Meskipun saya tidak suka menyandang gelar di belakang nama, terkadang dunia ini
menuntut embel-embel seperti ini.
Hari
itu adalah akhir dari semua kesibukan saya sebagai mahasiswa asing di negeri
tirai bambu. Semua kehidupan glamor berstatus mahasiswa beasiswa sudah
terlepas. Petualangan saya sebagai perantau di negeri Konfusius berakhir.
Bahkan kesukaan saya terhadap fashion musim gugur juga akan menjadi kenangan
dalam setiap potret yang tersisa di laptop.
Semua
sudah berakhir.
Tapi
bagi saya itu bukanlah benar-benar berakhir. Kehidupan yang sebenarnya setelah
fase kelima pendidikan baru saja dimulai. Saya akan berjuang lagi di negeri
yang katanya kaya dan penduduknya memiliki toleransi yang tinggi. Ini adalah
awal untuk segala hal. Awal mengenal kehidupan yang sebenarnya. Termasuk
menyibak senyum palsu orang-orang yang mengaku kawan ketika kita berjaya.
Empat negara, empat impian. Karena wanita pun memiliki kewajiban yang sama dalam menuntut ilmu. [Photo: Koleksi Pribadi] |
Q&A 1: Mau kerja dimana setelah selesai
S2? Jangan kembali ke almamater, gajinya kecil.
Setiap
orang memang menginginkan gaji yang besar. saya pun tidak memunafikan hal ini.
tetapi orientasi setiap orang berbeda, goal
kehidupan setiap orang berbeda.
Termasuk saya. Saya akan terbang kemanapun yang saya mau jika saja tidak pernah
mengkhawatirkan kondisi mamak saya belakang ini. Banyak yang berkata, “Kalau
selalu melihat ke belakang. Kita tidak pernah maju.” Kembali lagi ke point di
atas, setiap manusia memiliki goal berbeda. Jadi, hanya saya saja yang tahu
goal apa yang akan saya capai. Orang lain tidak perlu tahu.
Soal
kembali ke kampus pun, itu bukanlah sesuatu yang orang lain bisa komentari.
Saya punya keputusan dan alasan sendiri yang tidak akan pernah dimengerti juga
oleh orang lain. jika ada yang bertanya pada saya, “Haruskah saya kembali ke
sana?” saya akan menjawab, “Kembali lah selagi bisa.”
Q&A 2: Mau nikah kapan? Ketuaan S2 sih…
S2
dan menikah adalah goal tiap orang. Setiap orang mempunyai goal berbeda. Ada
yang ingin menikah muda dan membina rumah tangga terus. Ada pula yang ingin
melanjutkan pendidikan. Ada yang langsung S2, ada pula yang menunggu dulu dan
bekerja sambil menunggu. Saya menunda menikah bukan karena tidak ingin menikah.
Saya yakin sekali kalau perkara jodoh sudah diatur. Sehebat-hebatnya perempuan
dalam pertarungan cinta pasti akan menunggu dilamar, bukan melamar. Begitulah
budaya lokal di tempat saya berdomisili berlaku. Kenapa menunda S2? Karena saya
ingin mengumpulkan pengalaman kerja dulu sebelum melanjutkan pendidikan S2. Kalaupun
saya sudah tua baru menikah, ketuaan baru S2. Itu sudah pilihan dan rezeki
hidup saya. Tidak mengganggu hidup siapapun.
Q&A 3: Ada rencana S3? Jangan dulu,
ntar ketuaan.
Sekali
saya berkecimpung di dunia akademik, pastilah akan ada rencana untuk
melanjutkan S3 lagi. Ini sudah tuntutan, saya pun harus memenuhi tuntutan itu.
Ketuaan atau tidak, semuanya sudah ada dalam planning hidup saya. Tidak ada yang perlu mengatur agenda untuk
kurikulum kehidupan yang sudah saya tanamkan ini. So, take it easy.
Q&A 4: Jangan Lanjutkan ke China lagi.
Tidak bagus!
Bagus
tidaknya sebuah universitas itu bukan terletak pada negara dan kampusnya saja.
Nama besar suatu tempat hanya symbol. Semuanya kembali pada kualitas diri. Mau
kuliah di Harvard pun jika diri kita tidak pernah membuka diri untuk berkembang
ke arah lebih baik, tetap saja kualifikasi diri akan jalan di tempat. kita yang
harus menjadi lebih bagus. Tempat hanya pendukung saja.
Permasalahan
ke China atau bukan itu tergantung dimana nantinya. Saya akan kuliah dimanapun,
selama ada sponsor yang memberikan beasiswa. Beasiswa sangat membantu kehidupan
saya ketika kuliah, mengerjakan tugas dan menghidupi saya nantinya. Jika China
kembali memberikan beasiswanya untuk saya, mengapa tidak?
Q&A 5: Tidak berencana mengambil S2
sekali lagi? Si ini ambil S2 sekali lagi.
Sempat
terpikir untuk mengambil S2 sekali lagi. Umumnya teman-teman yang saya temui di
Beijing melakukan S2-nya di China. bahkan ada teman asal Bangladesh
menyelesaikan S2 pertamanya di York University, UK. Kenapa dia memilih China? Bukan
kembali ke UK atau ikut suaminya ke Kanada? jawabannya sederhana sekali. untuk
kuliah di luar negeri, alangkah lebih amannya melalui beasiswa.
Setiap
orang yang mengambil S2 lainnya pasti memiliki alasan kuat. Tidak ada orang
sukses yang mau menyia-nyiakan hidupnya dengan pendidikan yang sia-sia. Umumnya
mereka yang melanjutkan S2 sekali lagi, bukan melanjutkan S3, karena mereka
membuat keputusan yang salah ketika melanjutkan pendidikan. Bisa jadi karena
ketidaksesuaian dengan bidang pekerjaannya sekarang, tidak linier, dan lain
sebagainya. Intinya bukan ingin menikmati hidup gratis dengan beasiswa.
Saya?
Pilihan saya di jurusan International Journalism
sudah tepat. Sebelum saya melanjutkan kuliah, saya sudah pikirkan apa yang akan
saya tempuh. Kalau saya membuang waktu untuk mencari pendidikan S2 lagi, saya
sama dengan membuang waktu. Jadi, kemungkinan besar saya tidak akan mengambil
S2 sekali lagi. Kecuali saya mendapatkannya dengan Cuma-Cuma.
0 Komentar