“Liv, ini ya daftar
nama-nama travel blogger yang aku berhasil himpun dari teman-teman aku. Please,
abaikan nama grup-nya yang agak-agak gimana” sebuah pesan masuk di WA dari
Aisyah membuat saya tersenyum.
China memperkenalkan perjalanan naik kereta api. Serius! Merek mie instan asal Singapura itu sengaja dipamer. [Photo: Muhammad Bilal Khan] |
Dia adalah
mahasiswi jurusan hubungan Internasional di Qinghua University, sebuah kampus
dengan grade tertinggi di China. kami berkenalan dengan cara yang unik, melalui
WA juga. Saat itu dia akan berangkat ke Beijing dan mencari informasi untuk
kehidupan di sana. Meskipun sudah selesai kuliah dan sama-sama di Beijing, kami
belum pernah sekalipun bertemu. Namun tetap saling membantu.
Ada beberapa
screenshot yang dikirimkan oleh Aish ke WA saya. Nama grup WA-nya Obrolan 17+
(inilah yang disuruh abaikan). Isinya berupa pertanyaan Aish tentang nama
travel blogger Indonesia yang banyak follower-nya. Di sana tersebut salah
satunya adalah the naked treller.
What?
Imajinasi saya
langsung menjejalkan gambar-gambar liar. Seorang traveler dengan naked ke
sana kemari. Waduh, apa maksudnya coba?
Koleksi yang saya pengen banget. Tapi harganya bisa mendapat sekarung beras. |
Saya tidak langsung
membukanya. Bahkan saya tidak memasukkannya dalam list yang akan saya jadikan sampel tesis. Setahun kemudian, ketika
saya menulis di blog ini. Inilah saat
yang paling tepat saat saya memutuskan si traveler
ini buat daftar blog yang wajib saya
ikuti.
Sejak memulai
menulis tesis, saya memang sudah membuat satu keputusan, menulis blog travel. Khususnya tentang China. Banyak
teman-teman bule saya yang sudah memulainya. Salah satunya Dene, teman sekamar
saya asal Amerika. Dia membuat blog
dengan nama deneinchina. Kemudian
teman sekampus saya asal Inggris, britinchina.
Inspiratif.
Berhubung Bahasa
Inggris saya tidak seindah mereka. Saya
memutuskan untuk menulis dalam Bahasa Indonesia. Sesekali boleh lah dalam Bahasa Inggris. Namanya
belajar dan berlatih. Hukumnya wajib kan?
Rencana itu tidak
terealisasi sedikit pun. Banyak blog
travel yang saya dapatkan tidak menyenangkan. tidak memberikan rasa puas
setelah membacanya. Terlalu komersil seperti majalah atau koran-koran beroplah
tinggi. Sepertinya saya memang tidak cocok. Itulah yang saya bayangkan saat
itu.
Ada versi horornya juga. [Photo: Search by Image] |
Beberapa hari lalu,
saya tidak tahu apa yang terjadi dengan diri ini. Begitu saja saya melihat nama
the naked traveler di salah satu website dan menempatkannya sebagai salah
satu blogger dengan follower terbanyak di Indonesia. Iseng,
saya masuk ke halaman website yang
sudah di link di halaman. Melihat
desain web-nya yang lumayan menarik, judul-judul sederhana tapi mengundang rasa
ingin tahu, saya memulai rasa penasaran dengan mengklik tulisan berjudul,
“Hemat ke Maldives”
Simpel sekali
judulnya.
Bahasanya mengalir
begitu saja. Tidak ada yang berbunga-bunga. Bahkan nggak jarang memakai Bahasa
yang kekinian dengan penggambaran yang oke. Foto yang dipajang sebagai pendukung
juga menarik. Done! I become her fans.
Saya juga masuk ke
Instagram-nya, mulai stalking dari
gambar terbaru sampai terakhir. Khususnya karena saya juga penasaran dengan
artikel miss Rempong. Siapa sih si miss rempong ini? saya memang tidak
menemukannya. Tapi hasil stalking ini
menambahkan virus nge-fans saya pada mbak Trinity ini.
Cover bukunya keren. Siapa yang tidak ingin menambahkan ke rak bukunya? [Photo: Search by Image] |
Naked?
Dimananya yang naked?
Entahlah. Sampai
sekarang saya masih gagal paham dengan kata ini. Bahkan saya terpikir untuk
membeli buku tersebut. Sepertinya sudah masuk buku ketujuh. Banyak sekali.
Hal lain dari naked-naked ini, saya tersinpirasi
kembali untuk memulai. Tidak ada istilah telat untuk memulai sesuatu yang baik.
Soal keberuntungan seperti emiliknya, itu urusan belakang. Goal itu butuh proses. Menikmati proses lebih manis daripada
memamen hasil tanpa proses.
0 Komentar